bonus chapter [2/3]

2.9K 498 106
                                    

Adegan plus plus dan penuh keambiguan.

Yak, karena request terbanyak jatuh kepada "jeno mode manja." Jadi yaa gitudeh.

Beberapa hari menjelang pengkaderan himpunan. Jeno dkk sibuk bukan main, karena lagi-lagi ia ditunjuk sebagai ketua panita. Auri juga tidak menyangka bahwa seorang Harsana Jeno yang dulunya mirip anak autis sekarang begitu aktif berkegiatan di lingkup organisasi. Saking aktifnya ia bahkan sudah tak bertemu Auri selama 3 hari dan hanya bisa berbalas pesan 1000000 jam sekali.

Auri bangga, namun bukan berarti ia senang melihat Jeno yang kini terbatuk hebat di ujung ruangan. Gadis itu ingin sekali berlari dan menghampirinya, namun apa daya sekarang dirinya hanyalah seorang peserta yang diharuskan untuk duduk berjam-jam lamanya tanpa hak untuk menginterupsi kegiatan yang telah berlangsung selama tiga hari ini.

Auri bahkan tidak mendengarkan penjelasan apapun, ia hanya sibuk mencuri pandang pada Jeno yang terduduk lemas di hadapan seorang gadis yang akhir-akhir ini sering terlihat bersamanya. Auri tak pernah mencoba bertanya, karena takut kejadian yang lalu terulang kembali.

Pukul sembilan malam, Auri tiba di rumah dengan kondisi lelah bukan main. Bahkan untuk sekadar mandi saja ia harus memaksakan diri hingga rasanya ingin tidur saja di bathub. Selesai mandi pun ia langsung mengubur diri di dalam selimut dengan hanya berbalut handuk.

Gadis itu mendadak terbangun ketika merasa sesuatu menyentuh kening dan pelipisnya, ia lantas membuka dan menemui Jeno sudah terduduk di sisi ranjangnya.

"Jeno? What are you---i mean, you good?"

Jeno menggeleng. "Pakai bajunya dulu, aku tunggu di luar.

Auri juga baru teringat dan langsung meraih piyama yang tergeletak di ujung kasur. Sejenak melihat waktu, sudah pukul 3 subuh, Auri terka Jeno dan abangnya baru saja kembali.

Jeno kembali masuk, saat ini sedang terbaring lemas di tempat tidur Auri. Pemuda itu bilang sudah tak kuat untuk berkendara menuju rumah karena terlalu pusing, dan nyatanya, Jeno memang sakit.

"Suhu tubuh hampir 39 derajat." Auri berucap pelan, berhubung semua orang sedang tertidur. Tadinya Jeno berniat ingin beristirahat di kamar Juna, namun Auri menahan karena tak tega melihat kekasihnya menahan sakit seorang diri.

"Tunggu di sini, aku ambil obat dulu."

Jeno mengangguk pasrah, membiarkan Auri menghilang sejenak dari pandangan. Ia pusing, kelewat pusing hingga rasanya batuk saja maka akan sakit satu raga.

"Babe, have you eaten?"

"Hm."

"Ayo bangun sebentar, minum obat."

Setelah minum obat dan keningnya yang ditempeli bye bye fever, Jeno kembali terbaring di pelukan Auri. Gadis itu terus mengusap kepala dan wajah kekasihnya hingga tertidur. Rasanya ingin menangis saja, sebab Jeno yang tumbang begini sangat jarang terjadi.

"Get well soon, i love you."

Pemuda itu akhirnya terbangun dan merasa baikan di pukul tujuh pagi. Cukup terkejut saat melihat Auri tertidur dengan posisi memeluk kepala dan setengah tubuh atasnya. Jeno kemudian menelentangkan tubuh gadisnya agar tak merasa pegal. Sementara dirinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Nono, how you feel?"

"Did i wake you up?"

"Kamu hilang." Auri mem-pout. "Go back here, kamu belum sembuh."

day until he falls in love with me [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang