28. lanjut di mana?

3.1K 507 55
                                    

"BANG JUNAAAA TOLONGINNN AKU HUAAAAA!"

juna yang sedang mengerjakan tugas di kamarnya lantas berlari ke ruangan sebelah, tak peduli kakinya yang sempat terantuk sudut lantai, juna tetap berlari memasuki kamar adiknya.

"AURI KENAPA?!!"

suasana jadi krik krik, juna kontan memejam erat menahan emosi yang mendadak naik ke ubun-ubun kala melihat sosok auri telah ditemploki mahluk aneh bernama harsana jeno.

jeno mengerjap dengan posisi memeluki kekasihnya dari samping, seperti cicak di dinding namun bedanya tidak merayap.

ya kalau tangannya berani merayap sudah pasti juna akan menebas batang lehernya lebih dulu.

"sialan." umpat juna, tangannya meraih bantal yang tergelak di kasur lalu melempari kedua manusia bucin di hadapannya. "MUSNAH KALIAN BEBAN DUNIA!!!!"

"aduh! aw---bang juna sakitttt."

"bodo amat anjrit. enek gua diusilin mulu sama kalian! jangan mentang-mentang gua nggak punya pacar kalian jadi seenak jidat ngeledekin gue!!!"

jeno ikut mengaduh, beralih memeluki auri dari depan agar tak terkena timpukan bantal dari juna.

"aw! kak jeno so sweet banget! udah kayak drama-drama korea." ucap auri lalu turut membalas pelukan jeno dengan senyum lebar.

juna makin meradang. kedua kuping muda-mudi itu ia jewer bersama lalu menyeretnya menuju lantai bawah di mana sang mama tengah menyiapkan makan malam untuk mereka.

mama wen hanya tertawa kala mendengar anak lelakinya kembali mendumel entah untuk yang ke berapa kalinya hari ini.

namun meski begitu juna adalah anak yang sangat baik dan patuh penuh padanya, juga tampan, pintar dan berprestasi, punya suara merdu, bisa bermain musik dan juga lihai dalam beberapa cabang seni.

hanya satu saja kurangnya, dia galaknya minta ampun. jadi tak akan ada gadis yang berani mendekati dirinya duluan kalau bukan ia yang memulai.

wendy juga bingung mengapa puteranya itu memilih mendalami ilmu kimia ketimbang mengasah bakatnya di bidang seni. namun sekali lagi ia tak punya hak untuk mengatur kehidupan anak-anaknya, mereka telah mendewasa. Buktinya auri---gadis kecil kesayangannya sudah punya kekasih.

"udahh itu kasihan jeno sama uri-nya. ayo makan dulu, habis ini kan uri harus belajar buat persiapan ujian. makanya jeno dateng ke sini, kan?"

jeno mengangguk dan tersenyum. "iya, mama!"

"diam kamu anak pungut!" sungut juna lalu menarik kursi untuk duduk. auri yang tak terima kekasih tampannya dikatai seperti itu langsung menjambak rambut sang abang.

"berani abang ngatain sobat sendiri anak pungut haaaa????!!" ucap auri, juna meringis. "mah! tolong! kdrt!!!!"

"ri, udah. kasihan juna, dia masih muda. belum juga punya pacar." lerai jeno, juna menggeram dan melayangkan tungkainya untuk menendang tubuh jeno.

"sini lo cupu!!! badan doang gede! beraninya kalo sama pacar aja lo!!! uriii begooo sakittttt."

"ABANG JANGAN SENTUH KAK JENO YA!!"

"aduh....mama pusing.....udah dong...."

jeno buru-buru menghampiri wendy dan menuntunnya ke meja makan. "ini, mama minum dulu."

"cih, sialan! sekarang malah caper ke mama gua. jangan mah! jangan direstuin!! jeno bau eek kucing." ucap juna sambil masih berusaha untuk melepas jambakan auri dari rambutnya.

mereka baru berhenti setelah capek sendiri. dua kakak beradik itu lalu ikut duduk di meja makan, duduknya tetap berdekatan, jeno dibiarkan duduk di seberang seorang diri. sementara mama wen berada di ujung meja.

day until he falls in love with me [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang