Memasuki hari kedua PKKMB, semua berjalan lancar. Auri sudah bisa mengontrol ekspresi wajahnya saat melihat Juna, Jaffie, dan Harzi berada di sekitarnya. Namun masalahnya sekarang ada pada Jeno yang malah berkeliaran di halaman kampus. Membuat calon mahasiswi gemay kontan pada terpesona. Auri jelas merengut, merasa Jeno sengaja melakukannya. Padahal ya, Jeno berkeliling itu memang sudah jobdesc-nya saja, sekalian modus-modus mengawasi Auri yang kini terlihat diajak berbincang oleh maba lelaki yang berdiri di sebelahnya.
"Paketu, itu dipanggil sama-"
"Bentar." Jeno menukas kemudian berjalan menghampiri barisan di mana Auri berada. Gadis itu awalnya tidak sadar dengan kehadirannya, tidak sampai lelaki di sebelahnya kontan menunduk dan tak lagi membalas ucapan Auri.
"Mau gantiin panitia ngomong di depan?"
Auri terkesiap, ia turut menunduk dan menggeleng. "Enggak, senior."
"Kenapa enggak? Saya lihat kalian berdua asik banget ngobrolnya. Ngerasa udah paham sama instruksi panitia, ya?"
Lalu Auri menggeleng lagi.
"Kenapa nunduk? Yang ngomong di sebelah sini."
Dan dengan itu si gadis melengak perlahan, menatap mata kekasihnya takut-takut. "Maaf senior."
"Untuk?"
"Nggak tau."
"Jangan minta maaf untuk hal yang nggak jelas. Karena setahu saya maaf terucap kalau kamu merasa berbuat sesuatu yang bisa menyakiti orang lain."
Idih, kang copas - cibir Auri dalam hati.
"Nyahut atau saya bawa ke barisan pelanggar?"
"SIAP SENIOR!" Teriaknya lantang hingga menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Termasuk tiga panitia yang kini menahan tawa melihat si ketua tengah mengerjai kekasihnya sendiri, terlihat dari senyum puas yang Jeno tunjukkan di hadapan Auri yang kini menahan malu.
Berpindah ke dalam Aula, suasana hati Auri jadi hancur setelah kejadian yang menimpanya. Gadis itu menekuk lutut karena pegal yang menjalari kakinya usai berjalan jongkok dari gebang hingga di depan pintu masuk tadi. Wajahnya juga suram bukan main, apalagi setelah pandangannya kembali bersirobok dengan Jeno yang berada di depan sana, Auri menyerapah dalam hati dan bersumpah akan balas dendam nanti.
Perhatiannya kemudian jatuh pada orang yang terduduk di sebelahnya, terlihat gadis itu hanya terus menunduk dan memejam. Membuat Auri jadi takut kalau-kalau gadis ini tiba-tiba pingsan atau kejang-kejang karena kerasukan. Seperti yang sering dikatakan oleh Asahi dulu.
Jadi dengan niat baik Auri memberanikan diri menepuk pelan pundaknya.
"Hey, you ok?"
Dua kali tepukan dan gadis itu belum menunjukkan reaksi apapun, Auri yang parno sudah akan mengangkat tangan meminta bantuan jika saja gadis di sebelahnya tak menahan dan akhirnya mengangkat kepala.
"Gue nggak apa-apa."
Lantas Auri menghirup oksigen banyak-banyak. "Hhhhh, aku kira kamu pingsan. Soalnya nggak nyahut pas aku tanya."
"Cuma ngantuk." Katanya setelah membalas tatapan Auri. "Tolong tepuk lagi kalau ada panitia yang keliling. Makasih."
"Sama-sam-" Belum juga sampai ucapan Auri, gadis itu sudah kembali merunduk. Lalu terjulur lah id card yang menggantung di lehernya. Warna hijau, berarti satu jurusan dengan Auri.
"... Kirani?"
Sontak si gadis mendongak lagi, tatapannya sewot bukan main. "Siapa yang manggil gue?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
day until he falls in love with me [✔]
Fanfiction[ ft. lee jeno ] i will call you darlin' and everything will be okay, cause i know that i am yours and you are mine. ©tuesday-eve, 2020. was #1 in nct127.