"Segala bentuk pertemuan adalah settingan Tuhan. Termasuk pertemuan kita di tempat ini dengan keterkejutan yang sama-sama menghampiri kita."
~Felicya Adelia Kertajaya~
Happy reading sayang.
Jangan lupa vote sebelum baca ya...Alvin menepati janjinya untuk pergi ke rumah Vita. Saat ini, lelaki itu tengah di perjalanan menuju tempat tujuan.
Alvin berniat untuk melakukan panggilan pada Vita saat melihat sederetan jenis makanan di pinggir jalan. Barang kali gadis itu ingin memakan sesuatu.
"Aku lagi lagi di jalan. Kamu mau dibeliin apa?" tanya Alvin lembut.
"Emm... Apayah? Kayaknya nggak ada deh, kak."
"Yakin? Awas aja nanti kalo kakak udah mau nyampe, trus kamu minta sesuatu. Kakak nggak mau beli. Enggak usah datang juga sekalian." ujar Alvin menggoda Vita.
"Eh, eh... Nggak boleh gitu dong!" bantah Vita cepat
"Loh kok nggak bisa? Suka-suka aku dong." ucapnya dengan senyum simpul yang menghiasi wajah tampannya.
"Yaudah, kakak berhenti dulu. Jangan matiin teleponnya! Aku mau mikir dulu." mendengar penuturan gadis itu membuat Alvin membuang napas kasar.
Kalo tahu pada akhirnya akan seperti ini, ia tidak akan menawarkan apa pun pada gadis itu. Lebih baik ia membawa dengan inisiatif sendiri. Toh kalo ia bawa makanan jenis apa pun itu, bakal habis sama Vita.
Dengan berat hati, Alvin menepikan mobilnya dengan posisi ponsel yang masih tersampir di telinga.
Tujuh menit Alvin menunggu tapi tidak kunjung mendapatkan apa yang gadis itu mau.
"Vit, jadinya kamu mau dibeliin apa?" tanya Alvin namun tidak ada respon dari Vita.
"Hallo," sesaat setelah mengucapkan itu, Alvin mendengar dengkuran halus di seberang sana.
Ia mengelus dada, ia yakin Vita tertidur saat ini.
"Mikirin makanan sampe ketiduran, dia pernah nggak ya mikirin aku segitunya?" ucap Alvin dalam hati sembari geleng-geleng. Gadis ini benar-benar satu makhluk spesies langka. Hanya ditemukan satu didunia, Kalvita seorang.
Alvin memutuskan untuk membeli martabak kacang campur cokelat kesukaan Vita.
Sesampainya di rumah Vita, Alvin langsung memarkirkan mobil, disusul dengan ibu Vita yang membukakan pintu utama.
"Selamat sore, Tante. Vitanya ada nggak, Tan?" tanya Alvin berbasa-basi.
"Ada kok Vin. Lagi tidur tuh di atas. Kamu samperin aja," ucap Hana dengan senyum mengembang khas dirinya.
"Hehehe iya, Tan. Ohh iya, ini saya bawa martabak kesukaan Vita." ujar Alvin hendak memberikan plastik biru itu pada Hana.
"Yaudah kamu bawa ke atas aja. Buat kalian makan bareng-bareng."
"Yaudah, Tan. Kalo gitu saya langsung ke atas aja ya?" ucap Alvin pamit undur diri.
"Iya, nak Alvin."
Alvin bergegas menuju kamar Vita yang terletak di lantai dua. Setibanya di depan pintu, Alvin lantas mengetuk benda persegi panjang yang dihiasi warna putih itu, namun tidak ada sahutan dari dalam.
Dengan inisiatif, Alvin membuka pintu itu perlahan. Gadis yang tertidur dengan posisi tengkurap memeluk bantal menyapa indra penglihatannya.
Alvin berjalan mendekati Vita yang terlelap dan meletakkan kantong plastik yang ia tenteng di atas nakas di samping kanan ranjang. Lelaki itu lantas mendudukkan diri di sisi Vita dan mengelus lembut rambut hitam panjang gadisnya.