[47] Malam terakhir

82 19 10
                                    

"Beberapa jam yang saat ini aku habiskan bersamamu, bernilai ribuan jam yang besok akan aku habiskan tanpamu."

~Kalvita Anggreny Wijaya

Happy reading sayanggg...
Happy birthday buat yang ultah.

Absen dulu yuk! Pengen tahu dunggs kalian dari kota mana aja?

VOTE VOTE VOTE!

Tak terasa malam ini adalah malam terakhir Alvin di kota ini, pasalnya besok lelaki itu akan pergi ke London seperti yang ia katakan tempo hari.

Vita membantu Marisa untuk mempersiapkan berbagai menu makan malam yang akan dihidangkan nanti buat orang-orang terdekat Alvin.

Setelah semuanya selesai, kedua wanita itu membersihkan dapur dan peralatan masak dengan bersamaan.

"Biar aku sama Vita aja yang nyuci piringnya, Mah." ucap Alvin yang tiba-tiba muncul di belakang keduanya.

"Nggak usah, Kak. Ini juga dikit lagi selesai kok."  ucap Marisa melanjutkan kegiatannya.

"Justru karna itu, Mah."

Marisa memukul pelan bokong Alvin dengan nampan di tangannya. "Kamu ini! Yaudah Mama ke depan aja kalo gitu."

Dengan telaten, Alvin menyusun piring-piring di rak yang ada di atas wastafel.

"Em... Kak," panggil Vita. Ada sedikit keraguan disana. Alvin bedehem tanpa mau menghentikan kegiatannya. Alvin tahu dengan jelas apa yang gadis itu pikirkan sekarang. Pasti tidak akan jauh dari dia yang akan pergi besok.

"Kakak yakin mau pergi besok? Keputusan Kakak udah bulet banget?"

Tuhkan! Seperti yang Alvin pikirkan.

"Iya, Vit." singkat Alvin. Tampaknya lelaki itu enggan membahas ini lebih jauh, pasalnya ia sudah bisa membayangkan bagaimana akhirnya nanti. Gadisnya pasti kembali sedih sedangkan ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Aku nggak ngelarang Kakak pergi kok, tapi harus banget besok ya? Nggak bisa lusa?" tanya Vita sedikit mendongakkan kepala, menatap Alvin dari samping.

"Tiketnya udah di pesan," dalih Alvin berharap Vita menyerah dan menyudahi percakapan ini.

"Aku bisa kok ganti tiket Kakak. Aku janji bakal make uang aku sendiri, nggak minta ke Papa." Namun sepertinya Alvin lupa bahwa gadisnya ini sedikit keras kepala.

Alvin memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Vita. Alvin mengehela napas pelan, sebelum meletakkan kedua tangannya di bahu Vita.

"Sebenarnya apa yang buat kamu khawatir kayak gini? Kamu takut kalo aku bakal lupa sama kamu karna sibuk sama kuliah atau kamu takut aku bakal mutusin hubungan ini karna bule-bule disana?" tanya Alvin serius namun sedikit memasukkan candaan di akhir kalimat.

"Aku cuman ngerasa kalo ini terlalu cepat buat aku. Aku belum siap Kakak pergi, atau lebih parahnya Kakak bakal pergi waktu aku lagi tidur lelap nanti." ucap Vita dengan mata berkaca-kaca. Alvin mengulas senyum dengan perkataan Vita barusan. Mana mungkin ia melakukan itu.

VILOVE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang