"Makasih udah jadi orang pertama yang bikin leleh hati ini, makasih buat segala bentuk perhatian Kakak tanpa membuatku mencari."
"Nanti jadi caper donggg..."
~Kalvita Anggreny Wijaya~
Happy reading.
Vote sebelum baca!
Vita sudah mengganti seragam sekolahnya sejak beberapa menit yang lalu. Kini ia sedang menidurkan Syice dengan sebuah dot ditangannya.
"Kak, Kakak..."
terdengar suara Goqxi memanggil Vita.
"Stttt... Abang pelan-pelan dong ngomongnya. Nanti dedeknya nggak tidur-tidur." ujar Vita meletakkan tangannya di bibir.
"Kak Alvin mana? Kok gak datang?" tanya Goqxi dengan suara yang dikecilkan.
"Di rumahnya,"
"Tadi Kak Alvin yang nganterin Kakak kesini, kan?" tanya Goqxi yang hanya dibalas deheman oleh sang Kakak.
"Kenapa nggak mau mampir? Abang kan pengen main bola sama Kak Alvin." Goqxi duduk di pinggiran kasur dengan lesu.
"Besok aja ya? Kak Alvinnya lagi sibuk. Kak Alvin juga punya adik loh..." ucap Vita memberi pengertian.
Walaupun Vita bisa dikatakan telah lama berpacaran dengan Alvin, tetap saja Vita tidak enak untuk mengganggu waktu lelaki itu. Ia punya prinsip, 'ingat, pacarmu kehidupan sendiri sebelum mengenalmu.'
Simple, Vita hanya tidak mau Alvin meluangkan semua waktunya pada ia yang hanya berstatus sebagai pacar.
"Tapi Abang maunya sekarang," rengek Goqxi yang sudah membuat ancang-ancang untuk menangis.
"Abang main sama Papa aja sana!" ucap Vita kesal tapi masih berusaha mengontrol diri.
"Mau main bola sama Kak Alvin. Kak Alvin pintar main bolanya, Abang mau belajar."
Iya lah pintar kalo lawannya kamu!
"Tapi- eh, eh... Iya bentar biar Kakak bilangin." Vita dibuat kelimpungan karena Goqxi yang benar-benar akan menangis saat itu juga.
Vita meraih ponselnya yang entah sejak kapan berada di bawah ranjang. Beruntung Syice sudah tidur, jadi ia bisa lebih leluasa menghadapi rengekan Goqxi.
Vita segera mendial nomor Alvin. Tidak perlu menunggu lama, lelaki itu segera menjawab panggilannya.
"Halo, Kak. Kakak bisa nggak datang kesini sekarang?" Vita menggigit bibir sesuai mengatakan kalimat itu.
Pasti lelaki itu berpikir bahwa Vita sendiri yang menginginkan ini. Padahal mah aslinya juga mau mau aja.
"Ngapain?"
"Ini Goqxi dari tadi minta main bola bareng Kakak."
"Itu beneran Goqxi pengen main bola atau kamu mau modus biar bisa berduaan sama aku?"
Nah, tebakan Vita tepat sasaran. Vita bisa mendengar kekehan Alvin diseberang sana.
"Ihh, nggak aku ya!" bantah Vita
"Kalo kamu juga nggak papa kali, Vit. Kan sama pacar sendiri?"
"Cuma pacar, kan?"
"Itu terserah kamu sih mau jadi istrinya kapan."
Vita mengulum senyum membayangkan kalau Alvin mengatakan sepenggal kalimat itu di hadapannya saat ini. Sebenarnya bisa dipastikan bahwa Alvin akan menggodanya karena wajah yang Vita yakini akan merona, tapi ia hanya ingin melihat raut wajah Alvin saat mengatakannya.