"Ada banyak hal yang harus disyukuri dalam hidup. Salah satunya mendapatkanmu ketika banyak orang di luar sana, yang juga menginginkan hal yang sama untuk milikimu dalam hidupnya."
~Alvino Kertajaya~
Vote! Vote! Vote!
Enjoy this story ya..."Kak Pipi?!"
"Cya?!" ucap Vita dan Cya berbarengan.
Dengan antusias, Cya menarik tangan Vita keluar dari antrian. Ya, gadis dengan seragam SMA itu adalah Vita.
"Eh... eh, bentar kakak bayar dulu." ujar Vita yang dibalas anggukan oleh Cya.
Kini Vita dan Cya tengah menikmati minuman mereka masing-masing di sebuah warung kecil di pinggir jalan. Mereka ke tempat ini setelah tadi membayar belanjaan mereka. Tepatnya, Vita yang membayar semuanya.
"Jadi kesimpulannya, Kakak udah ada disini sejak beberapa bulan lalu dan satu sekolah sama Kak Alvin?" tanya Cya yang dibalas anggukan oleh Vita.
"Kak, aku minta maaf nggak ngabarin Kakak waktu itu." Cya menundukan kepalanya, merasa bersalah pada perempuan yang menjadi pacar kakaknya itu.
"Nggak papa, Cy. Kak Alvin juga udah jelasin semuanya kok." Vita mengelus punggung Cya lembut.
Cya yang merasakan elusan di punggungnya, menatap si pelaku dengan sebuah senyuman.
"Makasih karna udah mau setia sama Kak Alvin dan makasih juga karna Kakak nggak marah sama Cya." ucap Cya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Vita tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala beberapa kali. "Dasar anak kecil," batinnya.
"Yaudah abisin minumnya. Udah sore, kamu enggak mau pulang?" tanya Vita dengan kekehan ringannya.
"Mau lah. Kakak pulang ke rumah Cya dulu ya? Kakak nggak pernah datang ke rumah padahal udah lama ketemu lagi sama Kak Alvin huh!" ujar Cya berpura-pura kesal.
"Ngapain Kakak main ke rumah kamu kalo Kak Alvinnya main ke rumah Kakak." ucap Vita sukses membuat mata Cya melotot.
"Serius?" tanyanya dan lagi-lagi dibalas anggukan oleh Vita.
"Wahh, sekarang Kak Alvin udah gantle ya? Udah berani main ke rumah pacar. Dulu mah, boro-boro ke rumah pacar nelpon Kak Pipi aja minta tolong ke aku." ujar Cya yang membuat keduanya tertawa terbahak-bahak.
Seakan masuk ke dunia masa lalu, Vita tertawa sampai matanya mengeluarkan air mata.
Yah, dulu Alvin tidak pernah main ke rumah Vita. Vita yang selalu lelaki itu bawa ke rumahnya. Jadi bisa dibilang bahwa Vita sudah lumayan mengenal keluarga Alvin. Berbanding terbalik dengan laki-laki itu, yang baru mengenal mama Vita kali pertama ia menjemput Vita di kediaman Vita sendiri dan langsung berkenalan dengan mama Vita pada saat itu.
Tentang Alvin yang memintai tolong Cya untuk menelepon Vita, itu memang benar adanya.
Vita sangat ingat bagaimana dulu Cya mengatakan bahwa kakaknya menyuruh dia untuk menelpon Vita dengan dalih mengajak Vita bermain ke rumahnya. Tapi sebenarnya, laki-laki itulah yang ingin Vita datang ke rumahnya dan bermain bersama-sama.
Dulu, permainan yang selalu mereka mainkan adalah permainan ular tangga. Peraturannya, barang siapa yang turun tangga, mukanya akan diberikan sebuah garis pendek menggunakan lipstik. Dan barang siapa yang naik tangga, dia berhak untuk memberikan satu garis dengan lipstik lagi ke wajah lawan. Terakhir, barang siapa yang kalah, harus bersedia membuatkan minum pada di pemenang.