"Cobalah selalu bersyukur sekalipun itu di dalam duka. Bersyukur tidak harus dalam sukamu. Duka yang kamu dapat adalah hikmat terbesar yang Tuhan sediakan untukmu. Ada sesuatu yang luar biasa menantimu, dibalik sakitnya luka yang kamu dapatkan. Jangan sesekali kamu berandai-andai, karena itu merupakan bukti ketidakbersyukuranmu. Satu hal yang harus kamu ingat, Tuhan tidak menyukai itu."
~Raka Alexio~
Happy reading...
Jangan lupa vote ya. Kalo ada typo, koment ya readers:)Terakhir, kritik dan saran selalu diterima. Usahakan kritikanmu membangun^_^
Dibukanya pintu itu, lalu dengan langkah kecil ia memasuki ruangan berbentuk kubus itu. Dari pencahayaan yang remang-remang, ia bisa melihat buku-buku lama yang tersusun rapi pada rak nya.
Sinar matahari yang merambas masuk ke dalam ruangan melalui ventilasi cendela. Raka melihat kepala seorang gadis di belakang rak buku.
"Apakah dia tidur?" batin Raka. Lalu kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin ia tidur dengan posisi ruangan yang digembok. Pasti ada yang nggak beres." ucap Raka bermonolog.
Ntah hanya perasaannya atau memang benar apa adanya, bahwa ruangan itu kini berubah menjadi angker.
Perlahan demi perlahan ia berjalan menuju belakang rak untuk memastikan apa yang ia lihat. Telapak sepatu yang bergesekan dengan lantai, menimbulkan suara derap langkah yang semakin diperjelas.
Posisi Raka berdiri tidak terlalu jauh dari rak buku dihadapannya.
Kurang lebih sepuluh langkah kedepan dengan langkah kecil, maka ia akan sampai di tempat tujuannya.Raka bisa merasakan detak jantungnya yang mulai berdetak tak karuan. Ia tidak menyukai suasana ini, seorang diri di dalam ruangan yang sudah lama tidak di pakai, tentu membuat rasa takut sedikit mengintip. Ntah sudah berapa tahun perpustakaan lama ini tidak dibuka sama sekali. Bukan karena rusak atau sebagainya, terbukti dengan atap, jendela, pintu, lantai dan isinya yang masih baik-baik saja. Hanya saja sarang laba-laba serta debu juga turut memenuhi ruangan tua itu.
Setibanya di balik rak yang dipenuhi oleh debu itu, alangkah terkejutnya Raka tatkala melihat penampakan di hadapannya.
Tepat di depan tumit kakinya, seorang gadis tergeletak menghadap kearahnya. Namun, ia belum dapat mengenali siapa gadis itu, karena wajahnya yang tertutup oleh helai rambut yang terlihat acak-acakan dan lengket. Raka kembali dikejutkan oleh seragam gadis itu yang berubah menjadi warna merah dan betisnya yang koyak. Ia tidak sebodoh itu sampai tidak tahu bahwa seragam berwarna merah yang melekat di tubuh gadis itu darah yang telah mengering.
Setelah meneliti keadaan sekitar gadis itu, Raka sontak mundur satu langkah, lelaki itu baru menyadari bahwa telapak sepatunya menginjak darah yang ada pada lantai berdebu. Ya ampun, ntah da yang ia pikirkan hingga tidak menyadari ini semua? Sejak awal ia hanya fokus pada kepala kepala gadis itu, sampai tidak memperhatikan anggota tubuh yang lain dan tempat gadis itu terbaring.
Perlahan lengan berotot itu mengungkap helai rambut yang menutupi wajah gadis itu.
Deg
Dari semua kejutan yang ia dapatkan semenjak ia menginjakkan kaki di tempat itu, ini adalah kenyaaan yang paling mengejutkan. Kejutan itu menamparnya, seakan menyadarkan ia bahwa yang dia lihat itu benar adanya. Gadis yang terbaring itu adalah Clara. Gadis yang selalu mengajarinya sepulang sekolah. Gadis yang mencuri hatinya sejak pertama kali melihatnya sewaku MOS.