"Tidak ada manusia yang sempurna. Pada dasarnya, semua manusia itu mengecewakan."
|Happy reading:))|
Brakkk
Vita membanting pintu utama membuat seisi rumah yang tengah bersantai di ruang tengah terlonjak kaget.
Vita berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua dengan air mata yang terus mengalir, meski gadis itu tidak ingin terus-terusan mengeluarkannya.
"Vitanya kenapa nak, Mychael?" tanya nenek pada Mychael yang sebelumnya berjalan di belakang gadis itu.
"Nggak tahu, nek. Tadi katanya mau beli cemilan buat nanti jalan-jalan, balik ke mobil tau-tau nangis dan nggak bawa apa-apa." tutur Mychael membuat nenek mengernyit bingung.
"Ngape tuh anak?" tanya Raka dari dapur dengan sebuah gelas berisi air dingin di tangannya.
Mychael hanya menggidikkan bahunya, lalu menyusul Vita ke kamar gadis itu. Namun, setibanya di lantai dua hanya pintu yang terkunci dari dalam yang ia dapati.
"Vit, bukain dong... Sini cerita. Katanya udah nganggep aku kayak Kakak sendiri. Masa ditayain nggak mau jawab?" ujar Mychael dengan tangannya yang terkepal yang ia gunakan untuk mengetuk daun pintu bercat putih itu.
"Nanti deh aku cerita. Mau mandi dulu. Gerah juga nangis lama-lama." ucap Vita sedikit menguatkan volume suaranya agar terdengar sampai ke luar.
Tentu saja ucapannya itu hanya untuk menjaga perasaan lelaki di luar kamarnya itu. Vita belum siap untuk bercerita pada lelaki yang telah dianggap sebagai kakak itu ataupun sahabatnya yang lain, pasalnya kejadian tadi masih benar-benar mengguncang perasaannya yang sebelumya berangsur damai.
"Yaudah, deh. Kalo udah siap telepon aja ya?" balas Mychael dengan berteriak pula.
"Gegayaan pake telepon segala! Sama-sama di rumah ngapain teleponan coba?!" tanya Vita dengan kekehan kecil yang lolos dari bibirnya.
Ahkk dia, tahu aja cara bikin mood Vita kembali membaik.
"Kakak mau keluar sebentar soalnya."
"Ohh yaudah, tiati!"
Fiyuhhh
Akhirnya Vita bisa bernapas lega. Gadis itu sedikit mengistirahatkan badannya dengan berbaring dengan posisi terlentang membentuk huruf X. Tidak lama kemudian, lelah di tubuhnya berangsur hilang namun tidak dengan lelah di pikirannya.
Pikiran Vita masih berkecamuk perihal insiden yang ia alami beberapa menit yang lalu.
Di benak Vita saat ini, sosok Alvin dan dirinya digambarkan seperti bunga bangkai dan serangga. Bunga bangkai yang tampak luar biasa dari luar, tapi nyatanya? Busuk. Namanya juga bangkai ya, kan? Sifat dan kepribadian Alvin tidak sesempurna yang kelihatan. Wajah tampan dengan tampang good boy ternyata berpotensi untuk menyakiti perempuan dengan dahsyat. Serangga dengan segala kebodohannya, itulah Vita. Berawal dari rasa penasaran, tertarik, kagum, kemudian terjebak dalam kenyamanan yang disuguhkan oleh serangga dan berakhir dengan cinta yang ternyata menyakitkan untuk dirinya.
"Hari yang melelahkan!"
Tidak mau larut dalam pikirannya, Vita beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
*****
"Oke karna kita udah pada ngumpul, sekarang Lo cerita!" ucap Sandra mewakili semua teman-temannya.
Semuanya berkumpul di kamar Vita yang dalam beberapa hari ini juga ditempati oleh kedua sahabatnya. Vita, Jeslyn, Sandra dan Mychael duduk di kasur, sedangkan Raka dan Aska duduk di atas kursi dengan posisi berhadapan dengan sahabatnya yang ada di atas kasur tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILOVE [END✓]
Ficção Adolescente[Part masih lengkap & Belum revisi. Harap maklum]