"Semua ibu memang pantas untuk disayangi, sekalipun dia hanya ibu tiri. Bukankah ibu tiri juga seorang ibu? Tentu saja ia akan tetap menyayangi anak-anaknya dan mengambil keputusan yang terbaik untuk mereka."
~Rifyaldo~
Happy reading...
Tandai kalo ada typo atau kejanggalan ya?Vote sebelum baca:))
***
Cya sudah pulang ke rumah sejak beberapa hari lalu. Hari kembali menjadi normal di kediaman Kertajaya itu. Tidak ada lagi orang yang bolak-balik ke rumah sakit untuk sekedar menjenguk Cya, membawa pakaiannya dan sebagainya.
Alvin dan kedua orang tuanya cukup lega, pasalnya kondisi yang Cya alami tidak separah yang mereka pikirkan.
"Cya, hari ini kamu nggak usah sekolah dulu, sayang." ucap Marisa menghampiri Cya yang sudah mulai memakai sepatu milikinya.
"Cya udah nggak papa, Mah. Mama kenapa sih? Cya juga udah lama pulang dari rumah sakitnya."
"Tunggu keadaan kamu benar-benar pulih dulu. Kata dokter kamu kehilangan banyak darah kemarin, jadi kamu masih lemas. Mama nggak mau aja kalo nanti kamu kenapa-napa di sekolah." ujar sang ibu pelan, mencoba memberi pengertian kepada putrinya.
"Ada apa, Mah?"
"Liat anak kamu tuh, Pah! Masa udah mau sekolah? Dia masih lemas banget badannya." ujar Marisa pada sang suami sembari menunjuk Cya dengan dagu.
"Pah,Cya udah nggak sakit lagi... Percaya sama Cya. Cya mau sekolah..." rengek Cya, berharap sang ayah akan mengindahkan kemauannya.
Dan benar saja. Tidak perlu menunggu waktu lama, Cya sudah mendapat izin dari sang ayah.
"Yaudah sih, Mah. Toh Cya udah bugar gini kok."
Marisa tampak tidak tenang, membuat sang suami kembali membuka suara demi menenangkannya.
"Udah, jangan terlalu dikhawatirin!" ucap Ardian memberi usapan kecil pada pundak sang istri.
Marisa hanya bisa mengangguk pasrah. Ia akan mencoba untuk menghilangkan rasa takutnya dan mulai berpikir positif supaya yang terjadi juga positif.
"Yaudah, pagi ini biar Cya berangkat bareng Papa aja ya?" tanya Ardian yang dibalas anggukan antusias oleh Cya.
Setelah itu, keduanya berpamitan pada Marisa dan beranjak dari tempatnya.
Jika kalian bertanya dimana Alvin, maka jawabannya adalah Alvin sudah pergi terlebih dahulu.
Seperti rutinitasnya yang selalu menyempatkan diri untuk menjemput Vita agar bisa berangkat ke sekokah bersama, walaupun rumahnya dan rumah Vita serta sekolah tidak searah. Dan, tentu saja Marisa dan Ardian tidak keberatan sama sekali dengan hal itu.
"Nanti Papa nggak telat kalo nganterin Cya dulu? Cya bisa kok bareng Pak septo," tanya Cya yang hendak memasang sabuk pengamannya.
"Nggak papa, sayang. Papa lagi nggak buru-buru kok." Ardian menyempatkan diri menoleh pada Cya sebelum menyalakan mesin mobilnya.
Cya tersenyum manis. Setelah itu, Ardian membunyikan klakson mobil dan mobil itu pun melaju meninggalkan pekarangan rumah.
"Cya pamit ya, Pah?" Cya mencium tangan sang Ayah sebelum keluar dari mobil milik lelaki paruh baya itu.
"Hati-hati, sayang!" ucap Ardian sedikit menguatkan volume suaranya karena melihat Cya yang berlari menuju kelasnya.
*****