"Karena yang sayang dan peduli belum pasti bertahan. Sedangkan yang bertahan dan peduli sudah pasti sayang."
-Alvino Kertajaya-
Happy reading...
Ada yang nungguin nggak ya🤔🤔
Budayakan vote sebelum baca yang sayang:)Bell pertanda istirahat kedua telah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Kedua remaja itu masih tetap dalam ruangan yang beberapa jam lalu mereka tempati.
Tidak lama kemudian, kedua sahabat Vita masuk ke dalam ruangan UKS yang dibiarkan terbuka, disusul oleh ketiga pria di balik punggung mereka.
"Ya ampun Vit. Lo nggak papa, kan?" tanya Jeslyn kepada Vita yang duduk di atas brankar sembari mengulas sebuah senyuman.
"Gue nggak papa Jes." ucap Vita masih dengan senyum yang terpatri di paras cantiknya.
"Siapa yang buat lo kaya gini?" tanya Sandra, menyadari bahwa sudut bibir serta pelipis gadis itu yang memar.
Sudut bibir Vita memang sudah tidak mengeluarkan darah lagi, karena sudah dibersihkan oleh salah satu anggota PMR sebelumnya. Sedangkan pelipis gadis itu, dari awal juga memang sudah memar bahkan bengkak.
Vita hanya bungkam. Ia tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan Sandra barusan. Mereka tidak akan diam membiarkan sahabatnya disakiti. Ujung-ujungnya pasti akan mendatangi si pelaku dan menciptakan keributan sekalipun itu kakak kelas mereka. Yang ada masalahnya makin rumit.
"Ya ampun, ini lutut lo kenapa?" tanya Jeslyn histeris, melihat kedua lutut sahabatnya yang di balut dengan perban.
"Gue baik-baik aja. Bentar lagi juga sembuh." Vita mencoba meyakinkan kedua sahabatnya.
Ntah sejak kapan Aska sudah berada dibelakang ketiga perempuan itu. "Dedek emmesh kenapa bisa gini?" tanyanya membuat ketiganya menoleh ke sumber suara.
"Kaya gini gimana, Kak? aku baik-baik aja kok.," ujar Vita dengan senyuman.
Gadis itu selalu tersenyum, walaupun pikirannya kacau, walupun bebannya terasa berat.
Raka dan Mycheal berjalan menuju tempat Alvin berada, setalah sebelumnya menyapa Vita terlebih dahulu. Aska? Jangan ditanya.
Alvin duduk di sofa, yang letaknya tidak jauh dari brankar yang Vita tempati. Sofa itu sengaja dibelikan oleh pihak sekolah sebagai tempat duduk untuk penjenguk pasien atau hanya sekedar tempat untuk para anggota PMR mengistirahatkan diri, jika tidak ada brankar yang kosong.
Raka dan Mycheal menempatkan duduknya berhadapan dengan Alvin.
Belum ada pembicaraan diantara ketiga lelaki itu. Alvin yang sibuk dengan benda persegi panjang nan pipih pada genggamannya. Sedangkan Raka dan Mycheal hanya diam, memandang kedepan, dan larut dalam pikiran masing-masing.
"Lo nemuin Vita di mana?" tanya Raka membuka suara.
"Di toilet cewek," singkat Alvin, membuat keduanya terkejut dan kembali menormalkan rautnya.
"Siapa yang ngelakuin itu?" tanya Raka membuat Alvin menghentikan aktivitasnya dan beralih menatap kedua lelaki dihadapannya.
Alvin menggelengkan kepala. "gue enggak tahu,"