"Jika suatu hal membuat hatimu resah, sedih dan khawatir, maka ceritakanlah semuanya itu hanya pada Bapa. Jangan sesekali kamu menceritakan rahasiamu pada orang-orang sekalipun dia orang terdekatmu, sebab manusia selalu mengecewakan."
Happy reading:))
Vote dulu yuk!Rose menarik Aska ke belakang bangunan itu. Sungguh ia tidak habis pikir dengan Aska. Bisa-bisanya dia berkata seperti tadi saat Mychael menceritakan kesedihannya. Ya, Rose tahu itu juga bentuk kepeduliannya. Lelakinya tengah kecewa lantaran Mychael yang tidak terbuka pada mereka semua.
"Kenapa malah kesini?" tanya Aska menatap sang kekasih.
"Kenapa Kakak ngomong gitu tadi?" tanya Rose membalas tatapan Aska.
Aska mengalihkan pandangannya.
"Ohh ternyata gegara masalah tadi," batin lelaki itu."Ngomong kayak mana?" tanya Aska dengan kebingungan yang dibuat-buat.
"Nggak usah pura-pura lupa. Kakak tahu apa maksud aku!" Rose menatap tajam lelaki yang beberapa hari lalu resmi menjadi kekasihnya.
"Benaran,"
"Kenapa Kakak ngomong gitu ke Kak Mychael tadi?" Rose memilih untuk mengalah dan memperjelas kalimatnya.
"Salah dia, kenapa nggak jujur sedari awal!"
"Itu karna dia punya privasi, Kak. Nggak semua masalah pribadi bisa di ceritain ke orang-orang, apalagi itu masalah keluarga. Pasti berat. Kakak harus coba ngerti," ujar Rose berusaha untuk menjelaskan secara baik-baik.
"Coba ngertiin dia maksud kamu? Gimana mau ngerti, kalo sikap dia kayak gitu, hah?" Aska mulai menaikkan suaranya. Tanpa disadari perkataan Rose barusan sukses memancing emosinya.
"Ya tapi nggak seharusnya Kakak ngomong kayak tadi. Itu makin buat dia down. Kalo dia udah siap cerita kayak tadi, harusnya Kakak sebagai teman dia itu ngasih semangat. Kakak nggak bisa egois kayak gini. Ini hanya masalah kepercayaan dan kesiapan dia aja." Rose semakin kesal pada Aska yang tak kunjung mengerti. Sebenarnya untuk memahami ini bukan hal yang sulit, tapi ego lelaki itu menutup akal sehatnya.
"Maksud kamu dia nggak percaya sama kita, gitu?" Aska semakin tidak habis pikir. Tangannya ia gerakkan untuk memijit pelipisnya.
"Bukan sepenuhnya nggak percaya. Dia hanya nggak mau kecewa, sebeb percaya pada manusia hanya akan mengecewakan." Aska menatap Rose dengan kening mengerut.
"Aku punya masalah keluarga sebesar itu, mungkin aku juga nggak bakal cerita ke siapa-siapa. Nggak sama keluarga aku, nggak sama sahabat aku, bahkan nggak sama Kakak."
Raut yang tadinya menatap bingung Rose, kini menatap tajam gadis itu. "Berarti kalian cocok. Kalian sepemikiran," ucapnya tajam.
"Sekarang Kakak minta maaf ke Kak Mychael," gumam Rose tidak memperdulikan perkataan Aska barusan.
"Nggak!"
"Sekarang gini deh, emangnya Kakak nggak punya masalah yang Kakak pendam sendiri? Emangnya mereka semua tahu kehidupan Kakak secara detail?" Rose menatap Aska dengan bersedekap dada. Mungkin harus seperti ini agar lelaki itu mau mengerti.
Aska bungkam. Tentu saja jawabannya tidak.
Aska punya masalah sendiri yang tidak ia ceritakan pada siapapun, itu jelas. Siapa yang tidak memiliki rahasia?
"Kenapa Kakak diam?" Aska masih saja tidak berkutik di tempatnya.
"Semua hal punya batasannya, Kak. Ada masalah yang kalo diceritain ke orang bikin hati lega. Sebaliknya, ada masalah yang waktu kita mau ceritain ke orang rasanya berat. Itu masih mau ceritain padahal loh... "