[1] Sekolah Baru

1.4K 271 248
                                    

"Jika awal sampai akhir perjalanan semua makhluk hidup sudah diatur, untuk apa masih khawatir menjalani semuanya? Ini hanya tentang waktu dan keberuntungan semata."

|HAPPY reading sayang|
Semoga suka sama cerita ini ya...
Jangan lupa vote

Seorang gadis remaja dengan rambut yang digerai indah, berjalan di tapak kecil bak jalan tikus. Gadis itu tampak mengikuti jejak kertas berwarna merah muda dan memungutnya tidak sabaran. Uang, benda itu adalah uang seratus ribu rupiah dengan jumlah yang sangat banyak terbaring rapi di sepanjang jalan.

"Gimana nih? Udah nggak muat lagi di kantong. Tanganku juga udah penuh, tapi di depan masih banyak lagi. Apa harus pulang dulu ngambil tas besar?" gumam gadis itu menatap uang yang kini ada dipelukannya.

Baru saja ingin melangkahkan kakinya, uang itu berkurang dengan sendirinya. Ntah hilang kemana, gadis itu tidak tahu.

"Uangku... Uangku..." ucap gadis itu memeluk lebih erat uangnya, namun sia-sia. Uang itu sudah tidak ada lagi. Lenyap, ntah kemana.

Gadis itu menatap ke depan, pada jajaran uang yang beberapa saat lalu melambai di depan matanya, namun ia tidak menemukan apa pun lagi disana.

"UANGGGGG!" teriak Vita terbangun dari mimpinya.

"Sial! Gegara pengen banget beli sepatu itu, gue jadi mimpi gajelas gini karna belum punya duit!"

Tokk! Tokk! Tokk!

Terdengar suara pintunya yang beradu dengan kepalan tangan. Vita sudah bisa benabak siapa pelakunya.

"Vita bangun sayang, ini udah siang lohh!!!" teriak Hana dari balik pintu yang sedari tadi menunggu putri semata wayangnya, namun tak kunjung turun.

Vita melirik jam di dinding, dan benar saja gadis itu sudah telat beberapa menit dari waktu siap-siap biasanya.


"MAMPUS GUE!!" teriak Vita tak kalah heboh di dalam kamar.

Vita langsung melompat dari spring bad king size-nya menuju kamar mandi tanpa memperdulikan selimut yang belum dilipat. Hana,   sang ibu selalu mengajarkannya untuk melipat selimut sesudah bangun tidur sejak ia kecil. Namun tampaknya gadis itu membuat pengecualian di saat-saat darurat seperti pagi ini.

Setelah selesai dengan ritual mandinya yang menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit, Vita mulai menuruni anak tangga menuju ruang tengah untuk berpamitan pada wanita paruh baya yang melahirkannya itu.

"Mah, aku berangkat ya?" ucap Vita sambil menyalam tangan Hana.

"Kamu nggak sarapan dulu, sayang?" Hana bertanya dengan menambah volume suaranya karena melihat Kalvita yang telah berlari menuju pintu utama.

"SARAPAN DI SEKOLAH AJA, MA!" teriak Vita sudah sampai di garasi mobilnya.

Di sana, ia melihat pak Dimas yang sudah siap mengantarkan gadis itu.

Setelahnya, Vita masuk ke dalam mobil lalu Ia meminta tolong pada supirnya agar mengemudi dengan kecapatan tinggi yang dibalas anggukan oleh lelaki itu.

Tidak butuh waktu lama, tibalah Vita di sekolah barunya dan mulai berjalan menyusuri koridor sekolah.

☁️☁️☁️

Alvin berjalan santai di koridor sekolah, dengan tangan yang dimasukkan di saku celana panjang abu-abunya.

Seorang gadis berjalan terburu-buru di belakangnya dengan kepala yang menunduk, fokus ponsel miliknya.

VILOVE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang