"Mungkin ini yang dikatakan dengan teriak, tapi nggak kedengaran sama siapa-siapa. Teriak dalam hati."
~Kalvita Anggreny Wijaya~
Happy reading❤
Kalo ada typo, kasih tau ya:)
Vote sebelum baca!Sekarang mata pelajaran keempat sedang berlangsung, yang artinya beberapa menit kedepan bel pertanda istirahat akan mengeluarkan suara khasnya. Ntah dari sisi mana, suara itu terdengar merdu. Melantun indah di pendengaran para pelajar itu.
Terlihat raut tidak sabaran dari penghuni kelas. Semakin dekat dengan penantian mereka, rasanya waktu berjalan dengan sangat lambat.
Tidak lama kemudian, bel pun berbunyi dengan nyaringnya. Menggema di seluruh penjuru sekolah. Namun, detik berikutnya bunyi itu seketika lenyap ditelan oleh sorak-sorai para pelajar yang tak kuasa menahan suara mereka masing-masing. Tentu saja, karena selama jam pelajaran berlangsung, mereka tidak diperkenankan membuka suara kalau tidak dibutuhkan.
Setelah Bapak/Ibu guru mengakhiri pelajaran mereka, siswa-siswi dipersilahkan meninggalkan ruangan kelas.
"Kantin kuy!" ucap Sandra yang bangkit dari bangkunya, berjalan menghampiri meja kedua sahabatnya.
"Kuy!" timpal Jeslyn girang.
"Gue mau ke perpus, kalian ke kantin berdua aja ya?" ucap Vita yang dibalas anggukan oleh keduanya.
Hari ini udara berhembus lebih kencang dari biasanya. "Mungkin dalam waktu dekat musim kemarau akan tiba" batin Vita
Koridor terlihat mulai sepi. Vita yakin seluruh siswa sudah bergegas menuju kantin saat ini. Mengisi perut mereka masing-masing.
Setibanya di perpustakaan sekolah, Vita bergegas menyusuri rak buku yang ada dihadapannya. Jemari lentik itu mulai menjemput novel-novel yang terletak di rak, yang dirasa menyenangkan saat membacanya. Bibir pink alami itu tak henti-henti membaca kata demi kata yang ada pada deskripsi ataupun daftar isi dari novel yang ia genggam.
Netra hitam pekat itu menangkap cover novel yang menarik. Warnanya yang tidak biasa serta ukurannya yang tidak terlalu tebal. Namun, tidak tipis. Melihat itu membuat pandangan Vita tak lepas dari benda segi empat itu.
Beberapa kali Vita mencoba meraih buku itu, namun gagal. Bukan karena tinggi badan Vita yang dibawah rata-rata. Namun, karena letak novel itu yang ketinggian. Novel itu terletak di keempat dari atas.
Pada saat Vita mencoba untuk meraih novel itu untuk kesekian kalinya, lengan besar dan berotot sudah meraihnya terlebih dahulu. Posisi lelaki itu saat ini, menghimpit tubuh ramping Vita dari belakang. Satu lengan lelaki itu menggenggam bibir rak buku yang letaknya tepat di sisi pinggang Vita. Tentu saja hal itu membuat Vita semakin merasa terpojokkan.
Degg
Detik itu juga, benda persegi empat itu sudah ada pada genggaman lelaki yang Vita sendiri belum tahu siapa.
Perlahan, Vita membalikan tubuhnya menjadi berhadapan dengan lelaki itu.
Shit!
Ia merutuki tindakannya barusan. Jarak dari wajah Vita ke wajah lelaki itu hampir tak tersisa. Vita dapat merasakan deru napas lelaki itu menerpa permukaan wajahnya. Menciptakan rasa dingin dan menggelitik diwaktu yang bersamaan.