27. PENGGANGGU

4.1K 310 70
                                    

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

Rumitnya perasaan yang sedang ingin menerima balasan.

****

"Langit!"

Samar-samar satu suara kencang menyapa bersamaan dengan matanya yang terbuka. Langit tidak tahu dia berada dimana. Tapi semua tampak gelap gulita. Menjadikan Langit menoleh ke kanan dan ke kiri mencari asal suara tadi yang sepertinya begitu ia kenali.

"Langit! Aku kangen Langit!"

Suara itu kian terdengar jelas di telinganya. Dalam kegelapan, seberkas cahaya tiba-tiba muncul di hadapan Langit. Membawa siluet tubuh tinggi berambut panjang yang mulai menampakkan diri.

"Rindu?" kaget Langit saat sesosok itu sudah sepenuhnya muncul bersama senyum manis juga jutaan cahaya menyilaukan mata.

"Iya, aku Rindu! Kesayangannya Langit!" pekik gadis itu riang.

Langit menyunggingkan senyum lebar menyambut seseorang yang selama ini amat ia rindukan. Matanya berbinar-binar. Sulit dipercaya rasanya menemukan Rindu berada di hadapannya dengan penuh ria alih-alih mendapatinya tergeletak di atas aspal berlumuran darah.

"Kamu nggak ngelupain aku kan selama aku tidur? Tunggu aku ya, Langit. Tunggu sampai aku sadar," pinta gadis itu yang diangguki Langit dengan segera.

Langit sudah akan berlari memeluknya sebelum raut wajah rindu nampak berbeda. Gadis itu merunduk dalam. Seolah ada sesuatu yang membuatnya jatuh dalam lubuk kesedihan.

"Tapi.. kenapa sekarang kamu berbeda, Langit?" lirih Rindu memudarkan senyumannya.

"Kenapa sekarang kamu jadi jarang nemuin aku?" sambungnya sendu.

"Setelah kamu bikin aku kayak gini, kenapa sekarang kamu seolah pergi?"

"Setelah kamu bikin aku kayak gini, kenapa sekarang kamu seolah pergi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit terdiam. Bingung ingin menjawab apa. Segelintir pertanyaan dari Rindu tak lantas membuatnya mati kutu. Ia ingin beralasan. Mengucap sepatah dua katav penenang namun entah mengapa lidahnya justru terasa kelu.

"Kenapa kamu diam, Langit?

"Ayo Langit jawab!" desak Rindu menatap Langit kecewa. Wajah serta nada dalam ucapannya langsung berubah.

Sementara Langit masih bungkam seribu bahasa. Ia merunduk dengan pandangan mata tak tentu arah. Lalu saat kembali mendongak,  Langit membulatkan matanya. Tiba-tiba saja sekujur tubuhnya bergetar hebat dan wajahnya menjadi pucat pasi saat Rindu mulai menghampirinya dengan tatapan nyalang seolah ingin menerkam Langit detik itu juga.

"Jawab Langit!"

"Kenapa kamu diam aja?!"

"Langit!"

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang