6. MENCINTAI TANPA DICINTAI

10.4K 695 114
                                    

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

🎶 Mirriam Eka feat Reza Darmawangsa - Raga & Hati

🎶 Mirriam Eka feat Reza Darmawangsa - Raga & Hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang dekat hanya raga kita, bukan rasa.

****

"Senjaaaaa!!!"

Pekikkan keras berbunyi nyaring nan melengking itu membuat Senja meringis. Membuatnya kembali menarik selimut sampai batas kepala guna mengabaikan panggilan yang menyebabkan tidurnya terusik.

Sementara wanita separuh baya yang baru saja mengeluarkan suara itu beralih menyikap gorden kamar sang anak selagi menunggunya terbangun. Setelah berbalik badan, yang ditemukannya justru Senja masih dalam posisi yang sama. Cantika, ibu beranak dua itu sontak memutar bola matanya.

"Kamu tuh mau sekolah atau nggak sih?"gerutunya mengalir beriringan langkahnya mendekati ranjang. Wanita itu kemudian mengulurkan tangan menghempas selimut tebal yang menutupi tubuh Senja seluruhnya. "Ayo bangun, udah siang nih."

"Nanti..." kelakar Senja masih enggan membuka mata.

Cantika sedikit berdecak. Wanita itu kemudian berpikir sejenak. Netranya menangkap jam alarm yang berada di nakas. Sepertinya si sulung juga lupa mengaturnya semalam. Sementara mentari pagi semakin jelas terlihat dan hari semakin siang. Tiba-tiba saja satu ide terlintas di atas kepala. Ia menarik sudutnya membentuk senyuman kecil, lalu berjalan menuju pintu kamar.

"SINAR SENJA KIRANA, BANGUN SEKARANG ATAU UANG JAJAN HARI INI MAMA KURANGI DAN ATAU MAMA NGGAK KASIH SAMA SEKALI," pekiknya berseru sebelum hilang di balik pintu.

Oleh suara keras itulah Senja tidak dapat lagi melanjutkan mimpinya. Ia membuka selimutnya sampai batas dada. Hanya ancaman Cantika yang selalu sukses membuat Senja terbangun dan mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya.

Ah Mamanya itu memang paling hebat untuk urusan membangunkan. Padahal jam masih menunjukkan pukul enam pagi begitu Senja meraih jam alarm dalam nakas. Sedangkan sekolah baru dimulai saat jam delapan. Tidak ada toleransi lagi untuknya menapaki lantai. Lalu berjalan menuju kamar mandi dengan langkah sempoyongan.

Hanya membutuhkan sekitar sepuluh menit untuk Senja bersiap-siap. Lewat pantulan cermin, gadis itu menyisir rambut cokelat sepunggung yang kali ini ia biarkan tergerai.

Senja bukan tipikal yang senang menata rambut menjadi berbagai macam model unik atau menyelipkan berbagai pernak-pernik. Selain dibiarkan terurai, gadis itu justru lebih sering mengikat surai cokelatnya menjadi kuncir kuda atau kepang dua.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang