18. RENCANA

4.4K 403 57
                                    

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

🎶Kugiran Masdo - Janji manis

Benar kata orang dahulu
Kasih jangan keterlaluan
Sayang biarlah sederhana
Takut nanti engkau merana

****

Dewa menghembuskan napasnya gusar. lagi dan lagi nomor Langit tidak dapat dihubungi. Padahal ia sudah mencoba belasan kali namun hasilnya nihil. Cowok bernetra setajam elang itu tetap tidak juga menjawab teleponnya. Membuat Dewa kian disergap rasa tidak enak.

"Gimana Wa?" Arkan yang duduk di sofa seberang Dewa juga tak luput dilanda kepanikan serupa.

"Enggak diangkat juga, Ar," balas Dewa.

"Mungkin hp nya disilent, Wa," celetuk Okis yang tengah sibuk mengumpulkan snack pemberian asisten rumah tangga Dewa beberapa menit yang lalu. Bukan berarti dia tidak memikirkan Langit, hanya saja ia tengah mencoba berpikir positif. Dan berpikir positif juga perlu tenaga bukan?

Saat ini mereka memang sedang berkumpul dirumah Dewa, berencana akan nongkrong bareng di kafe terbaru di bogor. Namun yang jadi masalah, bos besar mereka-Langit Angkasa tidak kunjung memberi kabar. Dimana akhirnya membuat mereka mau tak mau harus menunggu lama.

"Tadi pagi Langit ke tempat gym gue, cukup lama. Tapi gue bingung kenapa dia ada di sana padahal biasanya dia di rumah sakit apalagi ini bulan ke empat Rindu koma. Gue tau dia lagi gak baik-baik aja, akhirnya gue nyadarin dia buat dateng. Tapi sampai sekarang dia belum pulang juga," tutur Dewa pada kedua temannya.

"Tapi kita udah janjian dari kemarin di grup kalau hari ini mau nongki bareng. Masa iya Langit lupa? Nggak mungkin," timpal Arkan yang kali ini memangku kedua tangannya di atas paha. Pandangan matanya tampak serius. Dia seperti bapak-bapak yang tengah berpikir keras.

Itulah alasan mengapa Dewa merasa ada yang mengganjal sekarang. Sebagai sahabatnya sejak lama, Dewa itu tahu betul watak Langit seperti apa. Ia hanya takut terjadi sesuatu yang buruk seperti awal tragedi kecelakaan yang menimpa Rindu kala itu. "Sesibuk apapun Langit, kalau ditelpon salah satu dari kita pasti langsung ngangkat. Kita samperin aja yuk, perasaan gue gak enak."

"Ah kebanyakan nonton Indosiar lo, Wa!" semprot Okis begitu saja.

Arkan yang geram lantas berdecak sambil memasang wajah sebal."Diem lo, Kis! Ini masalahnya Pak bos bego."

"Ayo pake mobil gue aja bareng-bareng kita ke rumah sakit," ajak Dewa lalu beranjak diikuti Arkan kemudian. Tentu tidak memperdulikan Okis yang masih enak-enakan santai.

"Oy tunggu lah, gue masih ngumpulin makanan ini!" seru Okis ketar-ketir.

"Cepet atau lo gue tinggalin!"

****

Dewa menyugar rambut ke belakang bersama Arkan yang kini mempererat sisi jaket kulitnya ketika langkah kaki mereka membawa langsung bergegas menuju ruangan dimana Rindu berada. Namun ketika sampai, mereka tidak langsung masuk melainkan Dewa menelpon Langit terlebih dahulu untuk memastikan bahwa cowok itu masih berada disana.

drtttt drttttttttt

"Lah itu bunyi getaran jiwa Wa, eh maksudnya hp," cetus Okis yang masih ngos-ngosan setelah berusaha menyamai pacuan jalan bak kuda milik Arkan dan Dewa.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang