10. SOSOK PENOLONG

6.8K 583 162
                                    

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku suka caramu. Cuek tapi peduli.
_Sinar Senja Kirana

****

Langit mengerjapkan matanya terbuka. Menyesuaikan cahaya yang berpendar masuk melalui celah kamarnya. Kamarnya?

Seingatnya semalam ia berada di rumah sakit sebelum berakhir di diskotik. Langit kemudian bersingsut duduk bersender, untuk kemudian menyapu pandangan ke arah sekitar.

Ruang luas bernuansa serba gelap memenuhi pengelihatannya. Sepasang matanya lalu memicing. Kenapa kelihatannya tidak asing? Rasa-rasanya ia mengingat betul siapa pemilik kamar yang satu ini.

"Udah bangun lo?"

Lalu pertanyaan yang berasal dari seseorang itu membuat dugaannya dapat dibenarkan. Langit tersentak, lantas menoleh menemukan Dewa yang mulai mendekat.

Bukannya menjawab, Langit malah balik bertanya. "Kok gue bisa ada di kamar lo?"

Sedetik pertanyaan itu terlontar, bugh! Langit merasakan hantaman kuat menampar wajahnya berupa bantal. Ya. Dewa sengaja melemparnya sebagai hadiah untuk Langit yang tiba-tiba mengalami amnesia. "Enggak inget, apa pura-pura lupa lo?"

Langit mendengus lalu melempar balik bantal itu dengan perasaan kesal. "Gue emang nggak inget."

Mengabaikan aksi lempar-lemparan bantal, Dewa beranjak mendekat dimana Langit tengah duduk dengan kepala ranjang yang digunakan sebagai sandaran. "Gini nih gampang-gampang pengecut yang kalau ada masalah malah lari ke minuman." Dewa menggeleng tidak habis pikir. "Begonya nggak ketulungan."

"Maksud lo apa sih, Wa?" tanya Langit membuang muka.

"Lo yang ngapain tengah malam malah nangkring di klub?" sambar Dewa tidak sabar.

Untuk pertanyaan yang satu itu, Langit tidak sanggup untuk sekedar menjawab. Ia pergi semalam dengan niatan untuk mencari pelampiasan, lalu menyesal ketika pagi menjelang. Begitu terus sehingga Langit tidak pernah mempunyai jawaban yang pasti mengapa dirinya bisa seperti ini.

Tak ayal itupun membuat Dewa menghela napasnya. Dewa sadar betul seorang seperti Langit tidak mempan disadarkan melalui kekerasan atau bahkan amarah yang meluap-luap. Itu tidak membuatnya sadar, tetapi malah tertekan. Sebaliknya, Langit perlu adanya bimbingan. Seseorang yang mampu menariknya ke arah jalan yang benar.

Untuk itu Dewa sengaja merendahkan suaranya untuk berkata, "Udah berapa kali gue bilang, Ngit. Kalau ada masalah itu omongin. Lo bisa bilang sama gue atau kalau nggak nyaman, lo bisa cerita sama Okis maupun Arkan. Kali aja kita bantu atau sekedar memberi saran. Apa gunanya gue sahabat lo kalau lo malah memendam semuanya sendirian?"

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang