5. ALASAN KITA BERTEMU (LAGI) 2

9.5K 765 178
                                    

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

🎶 Adera - Lebih indah

Jangan terlalu cepat menilai seseorang, terkadang apa yang kau lihat adalah hal yang memang sengaja ingin dia perlihatkan kepadamu.

****

Begitu iris cokelat terangnya dengan iris hitam setejam elang itu berpadu, Senja tak dapat merasakan apapun selain merasa waktu seolah berhenti diantara mereka. Hanya tatapan sayu itu yang mampu membiusnya tanpa sadar. Menarik Senja berlama-lama untuk terus memandang.

Kalau saja Binar tak menepuk bahunya, mungkin Senja tak akan tergelak dan bergerak mundur memberi aksen jalan untuk para medis yang baru saja sampai.

Suasana masih penuh riuh ketika korban dimasukkan ke dalam mobil ambulance. Pandangan Senja kemudian beralih pada Langit lagi. Dilihatnya cowok itu tengah berbicara dengan Dewa sebelum mengambil langkah menghampirinya.

Senja tidak tahu apa yang akan mereka lakukan tapi jujur saja perasaannya mendadak tak enak.

Deheman singkat terdengar sekali begitu langkah besar milik cowok itu terhenti. Senja mendongak dan menemukan Langit sudah berdiri menjulang di hadapannya. "Dasar pembawa sial."

Itu adalah kalimat pertama yang terlontar dari mulut pedas milik Langit. Sepasang mata Senja membola mendengarnya. Di bawah sorot mentari yang mulai terik, gadis itu memandang Langit tajam. Merutuki takdir mengapa mereka harus kembali dipertemukan.

"Jangan sembarangan jadi orang!" pekik gadis itu berang. Dan yang harus Langit tahu, bahwa gadis seperti Senja akan selalu menentang atau melawan. "Ini kecelakaan juga tanpa ada unsur sengaja. Lagipula bukan aku yang nabrak. Tapi Binar."

Sebagai sahabatnya sejak lama, Binar hanya bisa menyengir kuda. Jika dipikir-pikir untuk apa Senja membawa namanya? Mereka mengenal dirinya saja tidak. Binar mengelus bahu Senja ketika gadis itu nampak menggebu-gebu menunjukkan amarahnya.

"Persetan dengan siapa yang nabrak, lo yang ada di mobil itu berarti lo juga harus tanggungjawab," tuntut Langit seraya bersedekap.

Senja mengangguk cepat. "Aku udah tanggungjawab kok. Aku nggak kabur. Aku bakal minta maaf secara langsung dan ngurusin admistrasinya di rumah sakit nanti," ujarnya dengan sengaja mendekatkan wajahnya maju untuk mempertegas niatnya pada cowok itu.

"Bagus kalau gitu. Makanya lain kali kalau nggak bisa bawa mobil ya nggak usah bawa mobil." Seharusnya Langit tidak perlu banyak bicara pada Senja mengingat biasanya ia malas mengurus hal semacam ini. Namun entah mengapa setelah tahu jika gadis itu penantang dan berani, seperti ada ketertarikan tersendiri.

Nampaknya Langit mulai berpikir jika membuat Senja bertanduk marah ternyata tidak buruk juga.

Sebaliknya, bagaimana melihat tubuh kecil itu berkacak pinggang dan netra cokelat terangnya menatap tajam untuk Langit sangat menyenangkan.

Lihatlah sekarang sepasang mata Senja mendelik. "Punya masalah apa sih? Sini cerita. Masa udah dijelasin masa sewot aja."

"Ya karena lo nabrak Yasmine," sarkas Langit.

"Kenapa? Dia pacar kamu?"

Belum sempat Langit membalasnya, Dewa sudah lebih dulu membuka suara. "Ini kenapa jadi lo berdua yang ribut sih? Bisa ditunda dulu nggak kira-kira? Sikonnya lagi nggak tepat. Lo pada malah cosplay jadi Tom and Jerry di sini," cibir Dewa menatap jengah.

"Yaudah daripada terus adu mulut, mending kita susulin teman lo aja yuk di rumah sakit?" Binar bertanya untuk pertama kali. Sejujurnya ia ketakutan setengah mati sejak tadi. Jika saja ia bukan pelaku dari tabrakan barusan, sudah ia pastikan Langit akan mendapat umpatan atas mulutnya yang kelewat tajam. Karena dibanding Senja, gadis itu dua kali lipat lebih bar-bar.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang