80. HUJAN DAN KEHILANGAN

9.1K 377 848
                                    

Hai!! Disarankan bacanya sambil dengerin lagu di mulmed ya karena itu relate banget sama yang Langit rasakan sekarang, oke? Bacanya juga pelan-pelan karena part cukup panjang.

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

🎶Daun jatuh - Resa jadi luka

Ku menemukanmu saat aku terjatuh
Ke dalam ruang yang penuh kepahitan
Kau melindungiku di saat yang lain menyerangku
Ingin rasanya aku melihatmu di setiap langkahku

Tapi mengapa tiba-tiba seakan kau pergi...

Langit, aku senang sekali saat kamu selalu bilang: "Kan masih ada aku, kamu punya aku, kalau perlu sesuatu bisa bilang aku, jika kamu punya masalah ceritakan padaku. Aku akan bantu semampuku. Aku akan selalu ada untukmu."

Aku juga senang sekali saat kamu selalu bilang "Semua akan baik-baik saja," Sinar Senja.

****

Seminggu kemudian...

Dengan penuh kehati-hatian, tangan berjemari lentik itu mengurai helaian rambut hitam legam yang berjatuhan menutupi dahinya sebagian. Mengusapnya halus ke belakang agar tak lagi menutupi bulu matanya yang panjang.

Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. Ia sering datang, hanya untuk memandangi wajahnya berjam-jam. Ibu jarinya bergerak menyapu alis cowok itu ketika matanya justru terbuka. Sesuatu yang tiba-tiba itu membuat ia menarik tangannya mundur. Senang sekaligus terkejut.

"Langit? Kamu sadar?"

Belum ada tanggapan. Lelaki yang tengah terbaring lemah di brankar itu masih diam. Menatapnya dengan sorot teduh yang sulit diartikan. Gadis itu tersenyum senang dan beranjak berdiri hendak memencet tombol untuk memanggil dokter, namun tangannya di cekal. Begitu menoleh, cowok itu menggelengkan kepala lalu melirihkan satu nama.

"Senja..."

Ada hantaman kuat yang menohok tajam relung hatinya. Ia tersenyum getir. Beralih mendudukkan dirinya kembali di kursi samping brankar, lalu berujar pelan. "Ngit, aku Rindu. Bukan Senja."

Tentu saja Langit tahu itu. Ia hanya ingin bertanya banyak hal tetapi lidahnya terasa kelu. Dirinya lemas bercampur kecewa sebab bukan Senja yang ia lihat saat pertamakali membuka mata. "Mana?" Tanyanya lemah. "Mana Senja?"

Rindu menunduk seraya membasahi bibirnya. Bingung ingin menjawab apa. Di ruangan ini hanya ada mereka berdua dan Rindu seolah terjebak antara memilih mengaku atau berusaha mengalihkan perhatian cowok itu. "Aku panggilkan Bunda dan yang lain dulu ya?" pilihannya jatuh pada opsi pertama.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang