40. KEMAH BERUJUNG RESAH

3.7K 247 566
                                    

Senja terjaga. Membuka mata dan mengerjapkannya menyesuaikan cahaya. Ia meringis kecil, kepalanya terasa berat seperti ditimpa sesuatu. Senja lantas menoleh ke samping, jakun seorang lelaki dengan nafas teratur kini memenuhi pengelihatannya. Seketika ia tersadar jika kepalanya juga menyender pada pundak cowok itu, lalu dengan benda berat yang ada di kepalanya, apakah itu kepala Reynald juga?

Dengan sepelan mungkin Senja menarik kepalanya hingga sepenuhnya terlepas dari Reynald. Ia memperhatikan cowok itu sejenak. Ah ternyata Rey tengah tertidur lelap. Sebaiknya ia bangunkan nanti saja saat sudah sampai di tempat tujuan.

Tak lama kemudian, bus berhenti melaju lantas memarkirnya di halaman luas rerumputan. Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat menjadi lokasi perkemahan mereka tahun ini.

Sesuai instruksi, para murid mulai mengambil barang-barang mereka lalu menuruni bus. Senja yang ingin segera keluar namun terhalang oleh Reynald yang masih tidur lantas berinisiatif sendiri untuk membangunkannya. Gadis itu menusuk-nusuk pipi Reynald membuat si empu terjaga.

Reynald yang tengah tidur nyenyak merasa terusik. Sayup-sayup matanya terbuka hingga wajah cantik seorang gadis kini terpampang jelas di pengelihatannya.

"REYNALD BANGUN!" pekik Senja tiba-tiba.

Reynald tersentak kaget. Secepat kilat cowok itu merubah posisi duduknya menjadi tegap. Memandang wajah Senja yang hanya berjarak beberapa sentimeter saja dari wajahnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"U-udah sampai?" tanya Reynald gugup.

Senja mengangguk cepat. "Ayo cepat turun," titahnya merengek. Reynald menurut. Ia beranjak dari kursi lalu melangkah keluar bus diikuti Senja dari belakang.

Usai menuruni bus, Senja mengedarkan pandangannya. Hingga kini matanya berhenti pada satu titik dimana seorang cowok berperawakan tinggi tengah berbaris sesuai kelasnya. Senyum di bibir Senja mengembang sempurna. Tanpa membuang waktu banyak, gadis itu mulai melangkah hendak menemui.

Baru satu langkah berjalan, tiba-tiba syal yang membalut lehernya tiba-tiba ditarik dari belakang membuat Senja sedikit terjungkal. Spontan Senja menoleh pada sanga pelaku. Reynald dengan wajah datar tanpa dosa kini menggeleng pelan sambil berkata, "Dia beda kelas sama kita. jangan main-main di sini, ntar ilang siapa yang repot?"

Sontak Senja mendengus seraya menatap tajam sahabatnya. Tidak di sekolah, di rumah, atau di luar sekolah, Reynald selalu saja overprotektif kepadanya. Persis seperti emak-emak, pikir Senja.

Padahal maksud Reynald tak lain dan tak bukan sebab Senja terus melihat ke arah Langit yang berdiri tegap di tengah-tengah barisan kelasnya. Jangan lupakan ketidaksukaan Reynald terhadap Langit, cowok itu bahkan akan mengawasi Senja sepenuhnya selama berada di sini.

Sementara Langit yang tengah berbaris menunggu absen berikutnya sempat melirik ke arah Senja. Bak seperti pengawal, Reynald berdiri tegap di belakangnya seolah menjaga. Langit memperhatikan keduanya sesaat sebelum kembali meluruskan pandangan.

****

Butuh beberapa menit untuk sampai di sebuah hutan tempat mereka akan berkemah.

Semilir angin siang menjelang sore begitu menyejukkan membuat banyaknya pepohonan ikut tertiup kencang . Sinar senja dari langit mulai menampakkan diri membuat suasana terasa begitu sunyi namun juga menenangkan hati.

Para murid diminta untuk membangun tenda mereka sesuai kelompok masing-masing di kawasan tersebut. Senja, bersama dengan Binar, Andin, Meira, dan juga Dita bahu membahu mendirikan tenda. Kadang kala, Reynald juga senantiasa membantu tanpa dipinta.

Melihat Senja dan kawan-kawannya sedikit kesusahan mendirikan tenda, Reynald dengan sigap menghampiri berniat membantu. "Biar gue aja yang masang ya? lo terima beres aja," ujarnya yang nampak seperti sebuah perintah. Senja mengangguk singkat. Percuma jika ia menolak, sahabatnya itu pasti akan memaksa.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang