46. PENANGKAL MIMPI

3.2K 310 1.4K
                                    

Sebelum membaca, yuk tekan dulu bintang di pojokan😊
~

Selamat ulang tahun Langit Angkasa. Semoga dirimu selalu dalam lindungan tuhan serta jangan pernah lupa bahagia.

Dari Sinar Senja, yang selalu ada kala dirimu menangis maupun tertawa.

Dari Sinar Senja, yang selalu ada kala dirimu menangis maupun tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Hari ini rasanya berbeda. Awal minggu kedua kali ini dijalani Langit tanpa senyuman sedikitpun. Meski cuaca terbilang cerah tak seperti biasanya, namun rasa-rasanya ia memang telah kehilangan semangat sejak kemarin.

Tidak ada lagi rutinitas Langit yang mendatangi rumah sakit setiap pagi, tidak ada lagi sebuket bunga, tidak ada lagi keterlambatannya menuju sekolah, tidak ada lagi kesiapannya dalam hal menunggu, dan... tidak ada lagi Rindu.

Oleh karenanya di jam 06:30 pun langkah besar miliknya telah membawa Langit menuju gerbang sekolah. Pemandangan yang amat langka dari seorang Langit Angkasa Perwira. Hal itulah yang menjadi alasan bagi seorang satpam berperut buncit, dengan kepala gundul kini memicingkan mata menelisik ke arahnya.
"Kok gak telat?"

"Saya telat salah, gak telah salah," balas Langit ogah-ogahan. Kakinya kembali melangkah melewati gerbang sambil menguap.

"Tumben." Celetukan itu kembali membuat langkah Langit terhenti. Ia sejenak menghela napas sambil memutar bola mata malas, sebelum akhirnya membalikkan badan menatap wanita yang kini tengah berkacak pinggang.

"Kakek Surya harus tau ini, bahwa cucu kesayangannya sekarang menaati peraturan di sekolah." Bu Gita selaku guru BK killer yang sering menggiring Langit menjalankan hukuman kini cepat menarik senyum. "Bagus Langit, dengan begitu kamu tidak melulu menjalankan hukuman dan menambah kasus baru. Belajar yang giat, sana masuk kelas."

Sepertinya bu Gita pun sudah sangat bosan memberinya hukuman hingga hari ini begitu kentara betapa senangnya ia melihat Langit menginjakkan kaki di sekolah sepagi ini.

Langit mengangguk-anggukan kepala, "Iya bu, kalau begitu saya permisi," pamitnya yang diangguki Bu Gita.

"Hei anak muda, gue tau lo lagi galau. Cuma kalau galau lo membawa energi positif begini, lo keren bro! proposional itu namanya, mantap!" seru pak Botak mengacungkan kedua jempolnya.

Namun Langit memilih terus melangkahkan kaki menuju kelas. Mengabaikan pekikan beralih menggelengkan kepala.

Bu Gita menoleh. "Profesional," koreksinya mendelik. "Sana, kembali bekerja."

Pak Botak lantas tersenyum kikuk, mengangguk patuh lalu kembali ke menjaga gerbang sekolah.

****

Sesampainya di dalam kelas pun yang Langit lakukan hanyalah duduk di kursi lalu melipat kedua tangan di atas meja, kemudian menelungkupkan wajahnya di sana. Dewa dan Arkan yang sejak tadi mengobrol kini mengatupkan mulutnya. Menoleh menatap sahabatnya yang kini masuk kelas tanpa gairah.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang