15. Hati Yang Hancur

2.4K 71 54
                                    

Malam semakin larut bahkan udara yang semakin dingin mampu mengusik siapa saja malam ini.

Di dalam Asrama putri khususnya di dalam kamar nomor 17, Jisi bergerak tidak tenang di atas tempat tidurnya.

Kata-kata yang dilontarkan oleh sahabatnya, Sheryle. Terus terngiang-ngiang dalam pikirannya.

Apa jangan-jangan Aven berbohong mengenai urusan bisnis papanya?
Apa benar dia memiliki wanita lain tanpa sepengetahuan diriku?

Pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di pikiran Jisi sekarang.
Ada rasa ingin tahu, Takut bahkan cemas.

Jam di dinding kamar terus berdetak seakan mengiring pertanyaan-pertanyaan itu supaya selalu muncul dan menakuti Jisi.

Ingin rasanya dia dengan cepat menemukan jawaban dari semua pertannyaan yang saat ini bermunculan di kepalanya.
Sampai akhirnya...

Aku harus memastikan hal ini, ujarnya membatin.

Setelah menunjukan tekadnya dalam hati, baru akhirnya ia dapat terlelap dengan tenang.


***


Aven dan Jisi sedang menikmati waktu kencan mereka di sebuah taman kota.

Jisi nampak bahagia ketika Aven selalu mendampinginya.
Senyum bahagia tetap terukir indah di bibir mungilnya.

"Aven? Apa benar kau memiliki wanita lain?" ujar Jisi menatap sendu Aven.

"Kenapa sampai berpikiran seperti itu? Aku hanya mencintaimu Jisi dan aku hanya memiliki dirimu sebagai satu-satunya gadisku." papar Aven, meyakinkan Jisi.

"Tapi aku merasa kalau kamu punya gadis lain selain diriku Ven..." lirih Jisi.

Aven menyentuh pundak gadisnya itu dengan kedua tangannya.

"Percayalah padaku Jisi. Hanya kamu wanita yang ada dihidupku selain mamaku. Hanya kamu, Jissyana."

Jisi menatap lekat manik mata Aven. Tidak ada kebohongan yang dia lihat di sana.

"Sekarang apa kamu percaya padaku sayang?" tanya Aven, memastikan.

Jisi menarik senyumnya.

Belum sempat ia menjawab, seseorang datang dan langsung menyelanya.

"Aven? Siapa gadis ini! Berani-beraninya kamu menyentuhnya!" Geram seorang wanita yang terlihat murka.

"Ehh-ehm tenangkan dirimu sayang. Ehm dia-diaa.. aku tidak mengenalnya. Tadi dia terlihat seperti sedang sedih makanya aku menghiburnya," celetuk Aven dengan terbata-bata.

Jisi yang mendengar perkataan Aven itu dibuat begitu terkejut.

Bisa-bisanya Aven tidak mengakui dirinya sekarang.

"Ven? Apa yang kamu katakan..." bisik Jisi, lirih.

Aven yang duduk itu kemudian dengan cepat berdiri di samping wanita yang baru saja datang itu.

"Ehm maafkan saya nona Jisi. Tapi sepertinya sekarang kau nampak baik-baik saja. Ohyah perkenalkan wanita ini adalah pacarku."

"Sayang kenalkan ini namanya Jisi."

lanjut Aven saling memperkenalkan kedua wanita yang bersamanya saat ini.

"Hei kau! Saya ingatkan kepada anda ya, jangan sekali-kali anda menggoda pacar saya dengan mengaku bahwa ada sedang dilanda kesedihan. Karena bagi saya anda terlihat seperti wanita murahan!" sindir wanita itu.

Kemudian dengan cepat menarik tangan Aven untuk pergi dari tempat itu.

Sudah cukup jauh Aven berjalan pergi bersama dengan wanita itu. Jisi yang melihat kepergian Aven itu tersenyum getir melihat langkah Aven yang semakin menjauh darinya.

Hancur sudah pertahanan yang telah dibuat Jisi.

Rasa sesak dalam dadanya saat ini begitu terasa begitu sakit, air mata yang ditahannya sedari tadi tumpah begitu saja dengan derasnya di kedua sisi pipinya.

Kakinya saat ini seperti tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya sehingga dengan mudahnya membuat dia jatuh tersungkur.

Dengan air mata yang terus menerus mengalir membanjiri wajahnya ia berusaha menekan rasa yang bagai diiris-iris itu.
rasa yang sangat menggerogoti hatinya saat ini.






TBC

Mengenang Luka (COMPLITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang