20. Gara-gara Novel

1.9K 46 1
                                    

Jisi berjalan dengan riang, sesekali ia menjawab sapaan dari teman-teman asrama yang menyapanya.
Senyum Semringahnya tidak pudar dari tadi waktu ketemu dengan Aven.

Ceklek!

Pintu pada kamar nomor 17 itu terbuka dengan lebarnya.

Melihat tingkah Jisi seperti orang yang baru saja menang lotre tentu saja mengundang rasa penasaran sekaligus keanehan dalam diri sahabatnya Sheryle.

"Jisi. Sehat?" tanya Sheryle memastikan.

"Ya seperti yang kau lihat. Diriku bahkan sangat-sangat sehat." jawabnya sambil terkekeh.

"Jisi?"

"Ini masih dirimu kan?"

keraguan Sheryle mulai nampak.

"Yaialah Sheryle anaknya ibu Nani. Aku Jissyana Tulung sahabat sekaligus teman sekamar kamu."

Sheryle maju sedikit dan menggapai dahi Jisi dengan telapak tangannya.

"Sepertinya iya dia baik-baik saja, Tidak panas." gumam Sheryle.

"Ini angka berapa?"

Menunjukan kelima jarinya.

"Ish apaan sih kamu! Aku Jisi tau! Kamu kira aku hantu. Iya?!" ketus Jisi tidak terima Karena Sahabatnya Sheryle seperti mengganggap dirinya bukan manusia lagi.

"Hehe...maaf ku kira bukan kamu. Soalnya kamu tiba-tiba masuk kamar langsung senyum-senyum sendiri. Aku kan jadi parno!" kilah Sheryle sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ohh.. soalnya tadi Aven kesini terus memberikan hadiah untukku."

"Benarkah? Apa aku bisa melihatnya?"

"Tentu saja."

Kedua gadis itu akhirnya disibukkan dengan hadiah pemberian Aven.

Sementara mencoba memakai gaun yang diberikan Aven, mata Jisi tertuju pada novel yang ada di atas tempat tidur Sheryle.

"Novel baru lagi?" Tanya Jisi.

"Eh, iya. Ini penulisnya bapak Pramoedya Ananta Toer. Sangat bagus buku-buku yang telah beliau tulis." Seru Sheryle riang.

Jika sudah membahas sesuatu yang dia suka entah kenapa ia menjadi sangat antusias.

"Wahh! Boleh ku pinjam?"

"Tentu saja."

"Terus ini judulnya apa?" tanya Jisi, penasaran.

"Ini judulnya Gadis Pantai. Aku spoiler sedikit ya, jadi novel ini menggambarkan bagaimana situasi Feodalisme di daerah Jawa. Seorang gadis desa yang harus rela dipersunting oleh Bendoro atau Priyayi. Dengan latar belakang zaman Hindia-Belanda, gadis ini masih berumur belia dan harus siap menjadi permaisuri dari Bendoro. Cerita ini dibuat berdasarkan kisah pernikahan nenek beliau sendiri. Bagaimana seru kan?"

(Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosial politik yang dijalankan di kalangan bangsawan/monarki  untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. sering kali kata feodal ini digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim atau yang selalu ingin dihormati.)

"Huahhhhhh! aku sangat tertarik. Kalau begitu sebentar malam aku pinjam yaa?"

"Iya-iya."

***

Sedari tadi Jisi hanya disibukkan dengan Novel yang tadi dipinjamnya pada Sheryle.

Buku berwarna hijau tua itu dibacanya dengan saksama dan penuh dengan perasaan.

Waktu sudah menunjukan pukul 3 dini hari. Jisi masih terlihat Fokus dengan novel itu.

Selang beberapa menit kemudian Jisi menggerutu dan mengusik Sheryle yang sedang membuat tugas.

"Kamu kenapa?" tanya Sheryle.

"Diem!" ketus Jisi dengan judesnya.

Sheryle mengerjabkan matanya beberapa kali lalu kembali fokus dengan tugasnya.

"Aneh! Ditanya malah marah-marah." gumam Sheryle sambil menggeleng kepalanya.

Waktu terus bergulir dan Sheryle telah lama terlelap sedangkan Jisi masih tetap membaca novel Gadis pantai itu dengan fokusnya.

Hingga tak terasa matahari pagi sudah mengintip dari balik jendela kamar mereka.

Sheryle yang awalnya tertidur dengan pulas langsung terbangun ketika mendengar suara tangis seseorang.

"Hiks..hikss..hikss kenapa dia ninggalin gadis pantai?" ujar Jisi bermonolog sendiri sambil mengeluarkan air matanya.

"Kamu kenapa? Kenapa menangis? Apa kamu mimpi buruk lagi, Jisi?" panik Sheryle ketika melihat mata Jisi yang memerah dan kantung matanya yang besar terlihat mirip seperti mata panda.

"Hiks..hikss bukan. Tapi aku sedih sekali sekarang,"

"Sedih kenapa?"

"Ga--gadis pantai itu kasihan sekali.. hiks..hiks.. kenapa si bendoro mengusirnya dan mengambil anaknya begitu saja?"

"Ap--apa?! Jadi kamu menangis karena membaca novel itu?" pekik Sheryle yang kemudian menarik napas lelah.

"Kanapa kamu tidak memberi tahuku kalau ini cerita sad ending, Ryle."

"Kalau aku sudah memberitahumu endingnya ya percuma kalau kamu membaca buku, Jisi."

"Hiks..hikss...apa Aven akan seperti bendoro ini ya? Ishhh jangan sampai Aven kelakuannya sama seperti dia. Bisa-bisa mati gantung diri akunya." ujar Jisi dengan melebih-lebihkan.

"Jisi..Jisi cuma gara-gara Novel Gadis pantai pikiranmu sudah melayang tidak karuan. Hadehhh!" celah Sheryle, menggeleng kepalanya kemudian melanjutkan tidurnya yang terganggu tadi.





TBC

-Sheryle & Jissyana-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Sheryle & Jissyana-

Mengenang Luka (COMPLITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang