18. Jawaban Dari Mimpi Jisi

1.8K 56 1
                                    

Apakah kau pernah merasa sangat dicintai seseorang?
Apakah rasa cintamu sama besar dengan rasa cinta yang selalu dia berikan kepadamu?
Apakah kau tidak takut jika suatu hari Ia akan memilih pergi ketika rasa bosan menghinggapinya?
Apakah kau punya rasa takut itu?
Ya, Aku mempunyai rasa takut itu. Takut terlalu jatuh dan takut merasakan kehilangan.
Berusaha tegar?
Kalaupun aku memilihnya, kenapa aku harus selalu terusik dengan rasa tegar itu?
Apa mimpi sialan itu yang mengusiknya?

Ya. Menurutku juga begitu.
Tapi kita semua pasti sangat tahu kalau feeling perempuan itu sangat kuat? Benarkan?

____

"Sayang? Apa kau akan diam terus begini?"

Jisi seketika itu juga tersadar dari lamunan panjangnya.

"Ehm, Maafkan aku."

"Kau tidak apa-apa sayang? Aku khawatir," lirih Aven sambil tetap berada pada posisi awalnya yaitu memeluk Jisi sambil mengelus lembut rambut gadis itu.

"Maafkan aku Aven, Akhir-akhir ini memang tugas kuliahku semakin menumpuk."

"Apa pikiranmu terbebani oleh tugas kuliahmu?"

"Ya, Karena itu." Menghela napas lelah.

(Setidaknya aku akan coba merahasiakan rasa takut ini, Ven.)

"Jangan terlalu memaksa otakmu untuk bekerja sayang. Kadang otak juga butuh istirahat. Aku tidak mau jika kau jatuh sakit nanti."

(Ya. Semoga saja aku tidak akan jatuh terpuruk ketika perasaanku ini tumbuh semakin dalam.)

"Apa kau mau ke taman untuk mengurangi beban dalam otakmu sayang?"

"A..apa! Taman?!" pekik Jisi kemudian mendorong tubuh Aven.

Aven tersentak ketika melihat keterkejutan Jisi ketika mendengar kata taman.

Wajar halnya Jisi terkejut karena pikirannya saat ini masih berisi tentang mimpi yang dimana dalam mimpi itu Aven tidak mengakuinya dan meninggalkannya di taman.

"Kenapa sayang? Kenapa kau begitu terkejut?" bingungnya sambil menatap wajah Jisi.

(Aduhhh mampus! Kenapa harus terkejut sih! Ohh God. Ada apa dengan perasaan ini?)

"Sayang?"

"Sayang hei? Jisi?"

"Ada apa, hm?"

"Eh, ti--tidak apa-apa. Aku sengaja mengejutkanmu soalnya kamu dari tadi terlihat tegang sekali," jawab Jisi sambil terkekeh kecil.

Aven tersenyum melihat tingkah Jisi.

"Kau membuatku khawatir saja!" ketus Aven tidak terima.

"Tenang saja Ven, aku tidak apa-apa." Ucap Jisi sambil memandang lembut ke arah Aven.

"Karena kau sudah berani membuatku khawatir maka sekarang kau harus bertanggung jawab."

Ide gila Aven muncul seketika.

"Tanggung jawab?" beo Jisi.

"Ya, kau harus tanggung jawab sayang. Dan sekarang waktunya."

Tanpa menunggu lama Aven segera mengecup sekilas bibir ranum Jisi.

CUP

Mata Jisi melotot, tak percaya.

"Ap--apa? Ke--kenapa ka--"

CUP

Belum sempat Jisi mengeluarkan suara bernada protesnya, Aven sudah lebih dulu menyambar lagi bibir Jisi.

Rona merah seakan tertumpah penuh memenuhi wajah Jisi. Ia malu karena perbuatan yang Aven lakukan tadi.

Aven terlihat sangat mencintai Jisi,
Ya semoga saja demikian.

Aven memeluk erat Jisi lagi, dagunya disandarkan atas kepala Jisi.

Wangi Jeruk menyeruak dari rambut Jisi membuat Aven semakin mengendus pucuk kepala kakasihnya itu.

"Ven?"

"Hm."

"Apa kau mencintaiku?"

Pertanyaan itu membuat Aven diam mematung sejenak.

Jantung Jisi berdegub cepat namun dengan perlahan ia mencoba untuk tenang sembari menunggu jawaban Aven.

"Kenapa?"

"Ehm tidak apa-apa. Aku hanya penasaran saja apakah kau masih mencintaiku atau tidak."

"Tentu saja aku tetap mencintaimu sayang. Dari awal kita kenalan sampai saat ini rasa cintaku semakin bertambah." jelas Aven sambil mengusap lembut punggung Jisi.

Jisi yang terbawa dengan rasa nyaman dalam pelukan Aven hanya dapat menggangguk mendengar jawaban dari kekasihnya ini.

Pikiran mengenai mimpinya semalam seolah sirna hanya karena Aven berada di sisinya sekarang.

Semilir angin di siang hari seakan menjadi saksi betapa nyamannya pelukan hangat dari seorang pria Playboy yang bernama Aveno Milano kepada kekasihnya Jissyana Tulung.

Hubungan Aven dan Jisi beberapa hari belakangan ini makin erat saja.

Aven dengan keromantisannya dan Jisi dengan Bucin (budak cinta) akut seolah-olah menjadi perpaduan yang begitu manis.





TBC

(Si bucin dan si playboy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Si bucin dan si playboy)

Mengenang Luka (COMPLITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang