27. Ditolak!

1.9K 53 27
                                    

"Jangan membentakku sayang," desis Aven menatap tajam Jisi.

"Dua hal yang perlu kau tau, aku sedang tidak ingin mengurusi orang hamil dan aku tidak terlalu menyukai bayi mungil sayang.” lanjutnya dengan senyum tipis.

Dia menolak, Sungguh!

Runtuh sudah pertahanan Jisi. Seakan di tusuk oleh ribuan pisau jantungnya itu, rasa sakit sangat mendominasi batinnya sekarang.

"Kamu nggak mau tanggung jawab, Ven?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu pandai sayang, pasti kamu tau jawabannya." bisik Aven kemudian mengecup sebentar bibir Jisi dan pergi meninggalkan tempat itu.

***

Gelisah!

Mungkin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana keadaan hati dari seorang Jissyana, rasa itulah yang menganjal hatinya kini.

“Jisi apa kau mendengarkan perkataanku tadi?” Tanya Sheryle.

Keterlamunan Jisi digantikan dengan keterkejutan. Entah mengapa fokusnya tidak kepada sahabatnya yang sedari tadi sibuk berceloteh.

“Ha? Apa? Memangnya kamu bilang apa tadi?” ujar Jisi ketika tersadar dari keterlamunannya.

“Kamu kenapa sih, dari tadi melamun terus" tanya Sheryle, memperhatikan mimik wajah sahabatnya.

“Ng-- nggak kok, aku hanya kepikiran untuk ujian semester besok. Iya itu aja.” Jisi tersenyum kikuk.

Sheryle memicingkan mata sebentar kemudian membuang napas pasrah.

“Ya sudah, tapi kalau misalnya ada masalah kamu bisa kok cerita. Jangan pendam sendirian karena kamu nggak sedang sendirian.” terang Sheryle, meyakinkan.

Jisi hanya meresponnya dengan senyuman dan anggukan kepala.

“Tinggal sepuluh menit jam satu siang, kalau kita nggak cepat- cepat pasti akan terlambat masuk kelas. Kamu tahu kan dosen pengampuh mata kuliah kita kali ini?” sela Jisi ketika melihat jam di ponselnya.

“Oiya! Sampai lupa aku.” Menepuk jidat.

“Ayo cepat, cepat!” seru Sheryle kemudian menggapai tas s'lempang berwarna cokelat tua di atas meja belajarnya.

***

Sepertinya dewi fortuna masih berpihak pada mereka berdua.
Mereka sampai di kampus dan masuk dalam ruang kuliah ternyata dosen mereka belum sampai.

menyeka peluh. “hampir saja, ku kira bakal terlambat.” Kata Sheryle sambil mengatur napasnya yang belum beraturan.

Hal yang samapun yang di lakukan oleh Jisi sekarang, menyeka peluhnya dan mengatur napas tidak beraturannya.

Lima belas menit berlalu dan di depan mereka sudah ada dosen mereka yang akan memulai perkuliahan.

“Harap simak materi ini dengan baik.” kata Dosen membuka perkuliahan mereka.

“Materi kita hari ini mengenai Pendampingan Pastoral Bagi Perempuan Yang Hamil Di Luar Nikah” Papar Dosen wanita setengah baya tersebut.

“Pertanyaan untuk kalian. Siapa yang di kelas ini punya kerabat atau kenalan yang ketahuan hamil di luar nikah?”

BRAK!

“Kenapa yang di belakang? Ada keributan apa?”

“Eh, bukan apa- apa bu. Binder teman saya nggak sengaja terjatuh.” sahut Sheryle.

“Baiklah kelas, diharap fokus!” Mengetuk meja.

Ketika anggota kelas beralih fokus dengan penjelasan dosen di depan, Jisi kembali tidak tenang.

Ya, tadi memang binder Jisi yang tidak sengaja kesenggol dan berakhir jatuh di lantai hal itu terjadi karena betapa terkejutnya dia ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari dosen setengah baya itu.

“Jisi apa kamu baik- baik saja?”

“Ehm.. sepertinya aku merasa sedikit pusing Ryle.”

“Kalau begitu lebih baik kamu balik ke asrama sekarang. Nanti aku akan meminta Izin ke ibu dosen ketika selesai kelas nanti.”

“Makasih ya Sheryle.”

“Iya. Sekarang lebih baik kamu ikut pintu belakang ruangan ini saja. Supaya tidak terlalu mencolok.” Saran Sheryle.

“Ehm baiklah.”

***

Kembali melamun di atas tempat tidur, itulah yang Jisi lakukan. Begitu tersentil dirinya dengan materi pembahasan kelas mereka tadi, rasa cemas dan takut begitu menggorogoti jiwanya.

“Apa seperti ini rasanya di gantung takdir?”

Airmata yang ditahannya sedari tadi akhirnya jatuh dengan tidak tahu diri, isak tangisnya dengan sengaja diredam dengan telapak tangannya.




TBC

Mengenang Luka (COMPLITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang