4

272 95 16
                                    

"Ya, aku memintanya mengirim bunga yang kupesan. Jelas dia harus datang ke sini kan?" balas Yong Hwa diantara rasa jengkelnya tidak bertemu sang florist.

Chang Sun langsung menyeret sahabatnya itu menjauh dari ruang staf. "Apa kau sudah gila?" dampratnya setelah mendorong tubuh Yong Hwa ke dalam ruangannya lagi dan dirinya pun mengikuti, lantas menutup pintu dari dalam. "Kau sengaja menyuruhnya datang ke sini, apa itu tidak keterlaluan?" lanjut Chang Sun.

"Kalau tidak menyuruhnya datang ke sini, lalu kapan aku bisa menemuinya, Hyung?" balas Yong Hwa sengit. Hatinya sedang jengkel, Chang Sun malah ngomel.

"Kalian bisa bertemu di luar, kau tidak harus membawanya ke sini."

"Apa memang masalahnya kalau dia datang ke sini untuk mengantar bunga?"

"Seo Hyun dan gadis-gadis yang kau goda selama ini, apa kau ingin mereka melukai gadis florist-mu?"

Yong Hwa menyeringai. "Mengapa Hyung berpikir mereka mampu menyentuh Shin Hye? Dan kalaupun benar, aku tentu tidak akan diam. Begitu pula Shin Hye, dia pasti tidak akan diam saja."

Terlihat Chang Sun menghela napas. "Ternyata kau tidak mengenali juga gadis-gadis itu." sesalnya. "Mereka, terutama Seo Hyun tidak rela kehilanganmu. Dia akan menggila bila tahu kau mengincar gadis florist. Jangankan hanya gadis florist, yang sebelumnya tidak dia kenal. Bahkan sahabatnya sendiri, Yoo Na, dia tidak ada ampun. Kau tahu hubungan mereka sekarang seperti apa? Seperti musuh bebuyutan." jelasnya gemas.

"Kalau gadis yang kupacari itu Im Yoo Na, iya Seo Hyun marah. Im Yoo Na, Ji Hye Noona, atau yang lainnya yang dia kenal. Karena merasa dikhianati teman-temannya sendiri. Tapi kalau gadis yang sama sekali tidak dia kenal, mengapa Seo Hyun harus marah?" Yong Hwa membantah.

"Kalau bukan Seo Hyun pasti yang lainnya yang akan mengganggu gadis florist itu. Kau mau gadis itu menjadi bulan-bulanan mereka?"

"Hyung jangan berburuk sangka seperti itu. Lagi pula aku dengan florist itu belum berpacaran."

"Belum berpacaran sekarang, tapi sebentar lagi pasti. Kau begitu besar menginginkannya."

"Ya, Hyung benar." Yong Hwa tidak menampik, bibirnya bahkan menyunggingkan senyum. "Aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Aku sampai memintanya datang ke kantor ini setiap hari untuk mengganti bunga, supaya aku bisa melihat wajahnya setiap hari. Tapi rupanya kami tidak menyepakati jam yang sama. Sehingga hari ini aku tetap tidak bertemu dengannya." geram Yong Hwa menyadari kekeliruannya.

"Kau seharusnya datang sepagi aku bila ingin bertemu dengannya, sebab dia melaksanakan tugasnya dengan baik."

"Maksud Hyung, kau bertemu dengan gadis florist-ku tadi?" Yong Hwa melotot menatap Chang Sun.

"Aku baru keluar dari lift, dan dia menuju lift keluar dari sini. Min Tingjang-nim yang mengantarnya. Saat kutanya, rupanya dia habis mengantarkan bunga pesananmu." jelas Chang Sun.

"Sungguh? Kau bertemu dengannya, Hyung? Pukul berapa itu?" mata Yong Hwa sekarang berbinar.

"Aku sampai di kantor sekitar jam 8."

"Aigo... jadi sepagi itu dia mengantarkan bunga. Aku lupa mengatakan padanya supaya mengantarkan agak siang setelah aku berada di kantor."

"Agak siang? Tengah hari begini kau bilang agak siang?"

"Ini baru pukul 10, apanya yang tengah hari?" Yong Hwa menengok pergelangan tangannya, menuding jam tangan.

"Bukan dia yang harus datang siang mengantar bunga, tapi kau yang harus datang pagi menyesuaikan dengannya bila ingin bertemu dia. Bunga-bunga itu akan segera layu bila baru diantarkan siang sebab lama terpanggang matahari. Apa kau tidak tahu?"

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang