11

258 85 10
                                    

Yang namanya mengantar hanya sampai orang yang diantarnya bertemu dengan orang yang ingin ditemuinya, that's it! Shin Hye akan lekas pergi setelah Yong Hwa bertemu dengan houseplants itu. Ia tidak harus menunggu pembicaraan Yong Hwa dengan Tn Yoo selesai. Tapi Shin Hye begitu terpesona saat melihat hamparan camomille yang menguning nyaris memenuhi separuh rumah kaca. Ia menjadi lupa diri dan tenggelam di dalam sana, menikmati berbagai macam bunga yang tengah memperlihatkan kecantikannya.

Shin Hye memang sangat mencintai bunga dan akan lupa waktu bila sudah berada diantara tanaman yang menggugah mood baik itu. Ia pencinta bunga seperti ibunya. Alhasil ia masih asyik membelai satu-satu daun dan mahkota yang bermekaran indah, saat Yong Hwa melihat tingkahnya. Seraya menyilangkan kedua tangan di dada dan menyandarkan punggung pada rangka pintu, pria itu menatap lembut. Bibirnya mengurai senyum kecil. Dia begitu terpesona oleh sang florist, seakan melihat dewi yang turun dari khayangan.

Hal itu membuat Hye Mi yang akan mengajak majikannya pulang, batal melanjutkan langkah ke dalam rumah kaca. Hye Mi melihat dengan jelas tatapan itu begitu penuh cinta. Dan dugaannya sepertinya 1000% benar. Eksekutif muda itu jatuh hati kepada majikannya. Entah mengapa hati Hye Mi turut menghangat menyaksikan itu. Dan menurutnya Shin Hye berhak mendapatkan kebahagiaan walau dalam kondisinya seperti sekarang ini. Sangat berhak.

Akhirnya Hye Mi mundur lagi. Ia akan membiarkan mereka berdua saja. Memberikan Yong Hwa ruang untuk mendekati Shin Hye yang selalu ketakutan oleh pria. Semoga saja Yong Hwa dapat mematahkan rasa takutnya itu, dan membuatnya hidup normal kembali, meski dengan kemampuan mengingat yang sangat terbatas.

Hye Mi melangkah lurus ke tempat mobil mereka terparkir. Ia akan menunggu majikannya itu di sana saja. Di dalam Jeep yang terparkir di sebelah mobil Shin Hye, sopir petinggi YK itu tampak kesulitan menutup atap Jeep-nya kembali yang sebelumnya dia coba buka.

"Aigo... bagaimana ini?" keluhnya terdengar putus asa.

"Apa yang terjadi, Ajhussi?" tanya Hye Mi melongok ke dalam mobil itu.

"Atap mobilnya macet, Aghasi. Padahal Isa-nim tidak bisa berkendara dengan atap terbuka seperti ini."

"Tapi kenapa Ajhussi buka atapnya?" Hye Mi menatap isi mobil yang sekarang transparant dari luar karena atapnya melorot ke bawah.

"Barusan tidak sengaja tertekan knop untuk membukanya ini, saat ditekan lagi untuk ditutup macet." Ajhussi sopir memperlihat tombol dan ditekan-tekannya, tapi tidak ada yang berubah. Hye Mi hanya menatap tidak bersuara. "Aduh, bagaimana ini? Ajhussi pasti kena semprot Isa-nim." lagi keluh Ajhussi sopir. "Apa Agashi mau menolong?" tiba-tiba orang tua itu menatap Hye Mi.

"Apa?"

"Agashi dengan Isa-nim bertukar tempat. Isa-nim biar ikut dengan mobil itu dan Agashi pindah ke sini. Bagaimana?"

"Tn Jung boleh ikut dengan kami, tapi aku tidak bisa pindah ke mobil ini, Ajhussi." tepis Hye Mi menolak meninggalkan majikannya. Sebab memori Shin Hye itu dirinya.

"Ayolah, supaya Ajhussi ada teman mengobrol, apalagi dengan atap terbuka begini." sebaliknya Ajhussi sopir pun sedang berjuang mendapatkan beasiswa untuk putrinya.

"Aku tidak bisa meninggalkan Eonni. Mohon maaf sekali."

"Nona ada Isa-nim yang menemani, pasti lebih aman. Wanita dijaga pria. Isa-nim juga bisa menggantikannya mengemudi bila Nona capek."

"Aku pun bisa menggantikannya, Ajhussi. Tapi Eonni itu tangguh. Kecil kalau hanya nyetir Incheon-Seoul." Hye Mi tidak bisa dibujuk.

"Apa Agashi pernah menaiki mobil dengan atap terbuka seperti ini?" Ajhussi tidak kehilangan cara.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang