6

281 91 10
                                    

Chang Sun sampai melotot tidak percaya lalu bertepuk tangan melihatnya di basement pukul 8 kurang beberapa menit pagi itu.

"Daebak!" serunya menyatakan kekaguman.

"Diam." tepis Yong Hwa tidak suka.

"Ini benar-benar sebuah revolusi... revolusi budaya. Budaya pergi ke kantor seenak udel menjadi datang sesuai jam kerja. Keren!" Chang Sun mengacungkan jempolnya.

"Jangan mengejekku!" hardik Yong Hwa seraya menekan locked pada kunci mobilnya.

"Aniyo, siapa yang mengejek? Aku memuji."

"Jangan memuji, bagiku itu terdengar seperti ejekan."

"Siapa bilang aku memujimu, yang kupuji florist cantik itu." Chang Sun terus menggoda. "Sebab hanya dia yang bisa membuat playboy Jung datang ke kantor sesuai jam kerja. Dedanadha!"

Yong Hwa merengut seraya melangkah menuju lift.

"Kalau tidak salah ini pertama kali kau datang ke kantor tepat waktu dalam 5 tahun terakhir. Benar?" lanjut Chang Sun menjajarinya melangkah ke arah lift. Yong Hwa tidak menyahut. "Bagaimana mungkin aku tidak memujinya kalau begini bukan?" tambahnya lagi meminta persetujuan.

"Terserah kau-lah!" Yong Hwa tidak ingin berdebat, sebab hatinya sendiri terkejut. Benarkah ini pertama kali dirinya datang pagi ke kantor? Tapi sepertinya tepat seperti itu.

Selama ini memang apa yang membuatnya semangat untuk pergi ke kantor? Tidak ada. Pekerjaan dari waktu ke waktu selalu begitu, dan selalu tidak ada habisnya. Jadi benar-benar tidak ada alasan baginya untuk datang pagi-pagi. Tapi sekarang berbeda. Ia bersemangat karena akan bertemu dengan florist yang telah menawan hatinya mengantarkan bunga. Terlalu drama memang, pria se-level dirinya, terpikat oleh gadis penjual bunga. Cinderella sekali. Tapi cerita serupa dongeng anak menjelang tidur itu ada di dalam kisah nyata. Kisah hidupnya.

Dan persoalan baginya sekarang bukan tentang level mereka yang berbeda, tapi bagaimana caranya memikat si florist yang sikapnya datar sedatar air Sungai Han terhadapnya. Gadis itu bertingkah seakan Yong Hwa yang lebih membutuhkan bunga, bukan tokonya yang membutuhkan pelanggan. Dengan tegas kemarin dia mengatakan tidak khawatir kehilangan pelanggan bila Yong Hwa tetap ingin diantar bunga pada pukul 10, sebab dia sudah memiliki janji dengan pelanggan lain pada jam itu.

Bukankah sikapnya itu arogan untuk seorang penjual bunga? Tapi dengan sikap arogannya itu Yong Hwa justru dibuat semakin gemas, semakin tertantang. Itu sebabnya, dirinya rela mengikuti aturan perusahaan untuk datang pagi ke kantor. Dan merubah jam bangunnya menjadi lebih pagi.

Kantornya terasa lebih segar saat ia memasukinya. Semerbak pewangi ruangan yang baru dipasang cleaning service membangkitkan semangatnya, wangi itu berbeda efeknya dengan ketika ia datang saat matahari sudah merangkak naik. Dengan suhu yang lebih tinggi di musim panas, atau lebih rendah di musim dingin, membuatnya malah membuka laptop bermain games untuk memulai kerja. Dan setiap hari tidak jelas apa yang benar-benar dikerjakannya seharian di kantor.

Ia memindai seluruh ruangannya yang tampak rapi dan bersih. Pewangi ruangan itu memudar aromanya saat ia datang siang, sehingga hidungnya tidak dapat benar-benar menikmatinya. Tetapi berbeda hari ini. Wangi bunga chamomile menyegarkan hidungnya. Ia berdiri di dekat jendela, pandangannya menerobos kaca melihat jauh ke bawah pada kesibukan jalanan di pagi hari. Hilir mudik berbagai jenis roda empat, beberapa terlihat memasuki gerbang kantornya.

Dan di salah satu sudut halaman depan kantornya terparkir sebuah mobil dengan banyak bunga di belakangnya. Yong Hwa mengurai senyum. Si gadis florist pasti sedang menuju ruangannya sekarang. Benar saja, belum ada yang ia lakukan pintu ruangannya terdengar ada yang mengetuk.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang