9

268 88 10
                                    

Yong Hwa senang bukan main saat Shin Hye mengatakan bersedia mengantarnya ke perkebunan bunga di daerah Incheon akhir pekan besok. Bibirnya sampai tak henti tersenyum. Dengan wajah secerah itu ia menghampiri Chang Sun di ruangannya.

"Kita minum kopi yu! Aku buru-buru pergi tadi, jadi tidak sempat ngopi di rumah." ajaknya dari ambang pintu.

Chang Sun menoleh sekilas, lantas menunduk lagi. "Kau ketelatan bangun tadi, makanya langsung pergi tanpa sempat sarapan?" terka Chang Sun.

"Eoh, Gara-gara semalam tidur larut."

"Jangan-jangan kau pun tidak sempat mandi tadi?" toleh Chang Sun curiga.

Yong Hwa senyum. "Itu hampir kulakukan, tapi aku pasti tidak punya muka untuk bertemu dia bila tidak mandi, Hyung. Jadi aku mandi dengan kecepatan LTE." candanya.

"Tapi tidak terlihat... Kau tetap tampan seperti biasa, Tn Playboy." gurau Chang Sun seraya berdiri dari kursi kerjanya.

"Shutt! Jangan panggil aku begitu bila di depannya, eoh?" Yong Hwa meringis sambil meletakan telunjuk di atas bibir.

"Kau ini... meski aku tutup mulut, dia tetap akan tahu kalau kau tidak merubah sikap. Yang penting dirimu dulu berubah." nasehat Chang Sun.

"Eoh, aku pasti berubah, Hyung." angguknya menyanggupi seraya mengikuti Chang Sun meninggalkan ruangannya itu menuju pantri. Untuk menyeduh dan menikmati secangkir kopi bersama.
💐

Rencana perjalanan mereka ke perkebunan bunga adalah, Yong Hwa menjemput Shin Hye di toko bunga. Kemudian mereka berangkat bersama dari sana. Tapi rupanya persepsi mereka tentang pergi bersama ini berbeda. Shin Hye berpikir mereka pergi dengan mobil masing-masing, sedangkan Yong Hwa mengira Shin Hye akan ikut dengan mobilnya. Sehingga mereka akan berkendara berdua.

"Maaf...? Maksud Tuan?" tanya Shin Hye takut salah mendengar saat Yong Hwa mengatakan Shin Hye tidak harus menyetir sebab dirinyalah yang akan mengemudi.

"Biar aku yang nyetir, kau hanya tinggal duduk di sampingku." tandas Yong Hwa.

"Anda salah memahami maksudku, Tuan. Kita akan pergi tapi dengan kendaraan masing-masing. Dan aku akan nyetir sendiri mobilku." senyum Shin Hye.

"Apa...? Mengapa kau memutuskan begitu? Mengapa kau yang memutuskan?" tanpa sadar Yong Hwa berteriak, ia sangat tidak setuju dengan pengaturan seperti itu.

Shin Hye sampai menjauhkan smartphone dari telinganya.

"Mianh...! Supaya tidak sulit, apa tidak sebaiknya kita berkendara bersama, itu maksudku." segera Yong Hwa meralat ucapan dan nada bicaranya yang tiba-tiba tinggi, khawatir menyinggung perasaan si florist, lantas membatalkan perjalanan itu.

"Tidak akan sulit, mobil Anda hanya tinggal mengikuti mobilku. Sangat simple."

"Tapi kenapa kita tidak pergi dengan 1 kendaraan saja? Itu bahkan lebih efektif dan efesien..." Yong Hwa memaksa. Ia sangat sebal dengan tingkah jual mahal wanita ini. Apa sulitnya mereka berkendara bersama. Jangan bilang karena dia akan pergi dengan kekasihnya. "Apa kau akan mengajak kekasihmu?" tuding Yong Hwa tidak tahan.

"Tidak, tentu saja tidak."

"Kalau begitu apa sulitnya kita pergi bersama?"

"Menurut Anda hal itu wajar? Kita bahkan tidak kenal dekat." Shin Hye pun tetap pada pendiriannya. Hubungan dirinya dengan pria itu tak lebih hanya sebatas pedagang dengan pelanggan. Dimana kewajarannya bila harus pergi bersama dalam 1 kendaraan. Bukan cerita bila dirinya tidak memiliki kendaraan atau sebaliknya, namun keduanya cukup mapan. Jadi benar-benar tidak ada alasan.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang