32

208 83 13
                                    

Tanpa kata Seo Hyun meninggalkan toko bunga Alice dengan keterkejutan yang masih menguasai benaknya. Siapa yang harus lebih dulu ia temui untuk ia kabarkan berita buruk itu? Anaknya atau ibunya? Bila ibunya tahu pasti tidak akan tinggal diam. Bila tidak bisa melarang anaknya, mungkin ibunya bisa melakukan sesuatu kepada penjual bunga penggoda itu. Satu-satunya yang sangat ia inginkan saat itu adalah menghancurkan penjual bunga itu.

Seo Hyun kembali melarikan roda empatnya menuju YK. Tapi begitu sampai di depan ruangan Yong Hwa, ia hanya diam mematung. Menyerang Yong Hwa dengan fakta itu ia tahu tidak akan berhasil. Akhirnya ia terduduk bingung di kursi kerjanya. Suara staf yang baru kembali dari makan siang terdengar berisik. Mereka membahas menu hari itu yang terasa sangat enak. Seo Hyun ingat dirinya pun belum mengisi perut.

Segera ia menuju lantai bawah untuk makan. Setidaknya dirinya harus punya energi untuk memulai perang melawan Yong Hwa. Di salah satu sudut ia melihat pria itu sedang makan dengan santai bersama Chang Sun. Wajahnya cerah. Seo Hyun membulatkan kepal dan seketika tahu siapa yang harus lebih dahulu ia hampiri untuk menyampaikan berita tentang si penjual bunga tersebut.

Seo Hyun makan seperti sapi lapar, ia duduk sendiri menyuapkan makanan ke mulutnya tanpa henti dalam porsi besar-besar. Kemarahan terlihat dari matanya. Membuat teman-temannya sendiri enggan menghampiri. Selesai makan ia kembali ke ruangannya untuk mengambil tas dan coat, selanjutnya ia melangkah ke basement.
💐

Dong Hae baru tiba di rumah setelah langit gelap, hari yang sungguh melelahkan. Berhadapan dengan 2 wanita itu membuat harinya seperti di neraka. Dong Hae sungguh tidak bisa memilih salah satu dari keduanya. Dan hari ini salah satunya membuat jantungnya hampir lepas. Namun untungnya penyelidikan yang dilakukannya masih mentah, sehingga dirinya masih dapat berkelit. Entah besok atau lusa... sementara mereka begitu gigih.

Dong Hae membersihkan badan, masih sambil mengenakan handuk ia meneguk wine. Membicarakan Shin Hye dengan Yoo Na membuat kerinduannya kepada kekasihnya itu semakin dalam. Ia memejamkan mata.

"Jigeum eodiya?" desisnya pilu.

Dong Hae sedang berpakaian ketika smartphone-nya berdenyit. Saat melihat siapa yang mengganggunya itu, ia lalu mengabaikannya. Dan kepalanya terasa berdenyut karena benda itu tak mau henti berbunyi. Akhirnya ia menyahutinya juga. Apa lagi yang diinginkan wanita error itu sekarang.

"Yobseyo."

"Oppa... Dong Hae Oppa, eodi-yo?" suara Seo Hyun seperti sedang teler.

"Rumah."

"Kau pasti sedang berada di kamarmu yang hangat sekarang." Dong Hae tidak menyahut. "Benar kan, Oppa?" Dong Hae masih tidak menyahuti. "Hari ini benar-benar buruk buatku. Pertama kau mengusirku padahal aku datang padamu dengan tulus. Kau mengusirku dengan alasan sibuk, tapi tak lama kau pergi makan siang dengan Yoo Na. Aku tidak tahu apa sekarang kau pacaran dengan Yoo Na. Bila benar kalian pacaran, chuka-hae, Oppa!"

"Kau mabuk Seo Hyun-ah."

"Nde, aku sedang minum sendiri. Jika aku minta kau untuk datang temaniku minum pasti juga menolak. Benar, Oppa?"

"Sebaiknya kau segera pulang! Istirahat di rumah."

"Ani, aku tidak bisa. Aku tidak akan bisa istirahat dengan tenang di rumah. Kau tahu kenapa?"

Dong Hae memejamkan mata, dan ia akan mematikan smartphone-nya~tidak ingin peduli, tapi tertahan sebab Seo Hyun mengatakan sesuatu yang membuat telinganya seperti melebar.

"Amnesia, Oppa. Penjual bunga itu penderita amnesia. Aku rasanya mau gila. Yong Hwa Oppa berpaling dariku karena mengejar gadis amnesia. Lebih baik aku mati saja." sungutnya.

"Seo Hyun-ah, kau berada dimana ini? Kau tunggu aku, jangan pergi!" dada Dong Hae rasanya mau meledak. Ia akan menjadi sangat sensitif mendengar kata amnesia. Penjual bunga adalah penderita amnesia? Belum pasti dia siapa, tapi kabar itu tidak boleh diabaikan sementara dirinya sedang kesulitan menemukan Shin Hye.

Tergesa ia menuju garasi, mengenakan coat seraya berlari. Lalu ia melarikan roda empatnya meninggalkan rumah menerobos malam yang gelap. Sekali itu terpaksa ia mengalah kepada keinginan Seo Hyun, menemaninya minum di klub atau menjemputnya pulang. Tapi sebagaimana yang dilakukan Yoo Na tadi, ia terintimidasi.

Dan mungkin juga nyaris benar seperti hasil penyelidikan Yoo Na, atau justru dirinya sedang Seo Hyun perdaya. Ia tidak peduli. Sebab bisa juga yang Seo Hyun temukan itu benar-benar Park Shin Hye.

Seo Hyun sudah mabuk berat saat Dong Hae tiba. Tapi dia masih bisa menyebutkan nama toko bunga yang ingin Dong Hae ketahui.

"Alice Florist. Dekat persimpangan jalan tidak jauh dari sebuah kafe. Aku sudah benci padanya sejak pertama kali dia mengantar bunga ke kantor YK. Dan aku semakin benci ketika bertemu dia lagi kali kedua. Dia pura-pura tidak mengingatku, padahal jelas aku memperkenalkan diriku sebagai kekasih Yong Oppa, orang yang memesan bunga setiap hari padanya." cerita Seo Hyun memuntahkan rasa kesalnya.

"Lalu tadi dia katakan tidak mengenal nama Jung Yong Hwa padahal setiap sore membeli bunganya sepulang dari kantor. Aku marah padanya, Oppa. Tapi aku juga melihat hal ganjil dari sinar matanya. Rupanya karena dia menderita amnesia." cerocos Seo Hyun.

"Kau tahu nama dia siapa, Seo Hyun-ah?" tanya Dong Hae.

"Aniyo. Aku benci mengetahui nama perempuan yang telah memikat hati kekasihku, Oppa."

"Apa menurutmu kekasihmu tahu tukang bunga itu amnesia?"

Seo Hyun terlihat menyeringai lalu berdesis. "Aish... Jung Yong Hwa, kekasihku, babo!" tukasnya tidak memberi jawaban pasti. Karena kepalanya segera terjatuh ke atas meja. Pingsan.

Dong Hae akhirnya mengantarkan Seo Hyun yang sudah pingsan ke rumahnya. Dan malam itu Dong Hae tidak bisa tidur karena memikirkan semua yang diocehkan Seo Hyun. Ingin segera besok untuk mendatangi Alice Florist. Jika benar Shin Hye gadis amnesia pemilik toko bunga itu, Dong Hae harus berterima kasih kepada kedua gadis error itu. Sebab mereka berdua telah membuat pencariannya lebih cepat. Semoga benar gadis itu adalah Park Shin Hye!
💐

Pagi-pagi Dong Hae membawa mobilnya tidak langsung menuju kantor, tapi ke alamat yang diberitahukan Seo Hyun semalam. Yaitu alamat toko bunga Alice. Benar saja, tidak jauh dari persimpangan jalan, dekat kafe, terdapat sebuah toko bunga. Tempatnya agak menjorok ke dalam sekitar 200 m. Tapi di depannya terpasang sebuah papan bertuliskan Alice Florist.

Jantung Dong Hae sampai berdegup kencang melihatnya. Pagi itu toko bunga itu masih tampak sepi, tapi aktifitas di dalam sudah mulai tampak. Bahkan pada jendela kaca samping pintu masuk yang masih tertutup, tergantung papan medium bertuliskan 'OPEN'. Yang berarti toko itu sudah siap melayani pembeli.

Sejenak Dong Hae ragu, turun atau tidak. Tapi akhirnya ia membuka pintu mobilnya. Belum tentu siapa pemilik toko bunga itu, namun rasa penasarannya harus terjawab saat itu juga. Benar Shin Hye yang dibicarakan Seo Hyun itu atau bukan. Dengan dada yang tetap berdetak cepat Dong Hae mendorong pintu, seorang gadis segera menyambutnya ramah.

"Selamat datang di toko bunga Alice! Selamat pagi, Tuan. Apa Tuan mencari bunga?" sapanya seraya membungkuk hormat.

"Eoh, aku mencari... bunga untuk dipajang di meja kerjaku. Apa kau bisa membantuku?" pinta Dong Hae seraya menebar pandangan ke seluruh ruangan, dimana pada setiap rak yang ada hanya dipenuhi oleh berbagai macam bunga hidup yang masih segar.

"Tuan bisa memilih bunganya di sebelah sini. Mari ikut saya!" anak itu berjalan ke arah rak, mempersilakan pembeli memilih sendiri bunga yang dikehendakinya.

Dong Hae kemudian menunjuk beberapa jenis, anak itu mengambilkan dan siap merangkainya pada sebuah vas. Sambil menunggu gadis pelayan itu merangkai bunganya, ia mempertanyakan beberapa hal. Sesuatu yang sangat mengusik rasa ingin tahunya.

"Ngomong-ngomong, siapa pemilik toko bunga ini, Nona?" tanyanya.

"Nn Park Shin Hye, Tuan." jawab anak itu dengan senyum.

"Siapa...?" Dong Hae membulatkan mata.

TBC

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang