22

205 81 13
                                    

Setiap hari Shin Hye akan berada di toko bunga yaitu tengah hari setelah mendistribusikan bunga ke beberapa tempat yang menjadi pelanggan tetap, sampai toko tutup di sore hari. Jangan datang ke toko bunga pagi-pagi bila ingin bertemu dengannya. Yong Hwa mencatat itu di dalam benaknya. Sedangkan akhir pekan dia akan berada di toko bunga itu seharian. Atau justru sama sekali absen dari toko. Seharian berada di rumah, memasak atau menonton televisi. Kadang juga membaca dan merajut.

Dan sore itu Yong Hwa datang ke toko, saat Shin Hye sedang merapikan bunga-bunganya yang baru datang. Ia mengelompokan berdasarkan jenis dan bagian-bagiannya. Karena toko bunganya itu kecil, bukan pasar bunga, ia melakukannya sendiri. Pegawainya melayani pembeli di sudut lain.

"Annyong-haseyo!" Yong Hwa menyapa, untuk mengalihkan perhatiannya dari bunga-bunga.

"Annyong. Selamat datang, Tuan! Anda mencari bunga?" sambutnya hangat.

Tidak dikenalinya lagi, kali ini tidak membuat Yong Hwa kaget. Melainkan Yong Hwa tersenyum lebar.

"Kita pernah beberapa kali bertemu sebelum ini, kau pasti lupa."

"Benarkah? Iya, aku lupa. Mohon maaf aku tidak mengenali Anda. Ada yang bisa kubantu sekarang, Tuan?"

"Mm... ibuku akan berulang tahun, aku ingin memberinya bunga saat makan malam nanti."

"Oooh... manis sekali! Ada beberapa pilihan bunga yang cocok untuk dihadiahkan kepada ibu kita, Tuan. Beberapa diantaranya saat ini kebetulan ada di sini. Yaitu Mawar, Aster, Lily dan Tulip. Anda ingin pilih yang mana?" tanyanya dengan mata berbinar.

"Urri Eomma-ga menyukai Mawar dan Aster, tapi kali ini aku ingin memberinya bunga yang berbeda... mm.. apa kau punya ide? Sebaiknya bunga apa untuk dihadiahkan kepada ibuku kali ini supaya tidak bunga yang sama melulu?" Yong Hwa meminta pendapat.

"Bagaimana kalau bunga Lily?"

"Lily putih?"

"Aniyo, Lily merah. Melambangkan cinta. Lily putih melambangkan kasih. Kami memiliki keduanya."

"Kalau keduanya dicampur, apa tidak akan merubah makna?" tatap Yong Hwa yang buta akan filosofi bunga.

"Eoh, bila 2 warna disatukan akan memiliki makna kurang baik, yakni diartikan 'aku tidak dapat bersamamu'." jelas Shin Hye bak seorang filsuf.

"O, jangan kalau begitu! Aku pilih warna putih saja." putus Yong Hwa.

"Baik. Aku akan merangkainya segera. Tuan bisa menunggu sebentar, tidak akan lama." Shin Hye menunjuk kursi kosong yang sengaja disediakan diantara rak-rak bunga itu seperti kursi tunggu. Dia sendiri segera memilih bunga yang diminta klin-nya dan bersiap merangkai di studio-nya di dalam.

"Apa aku boleh melihat?" pinta Yong Hwa saat Shin Hye akan melangkah ke dalam.

"Tentu, mari ikut aku!"

Tempat itu padahal Yong Hwa pun sudah mengetahuinya. Dengan berbagai perkakasnya Shin Hye mulai beraksi. Dimulai dengan memotong ujung-ujung bunga, membersihkan kelopak yang kering dan mati. Yong Hwa terpesona melihat keterampilannya sambil menikmati wajahnya.

Ekspresi wajahnya saat menggenggam bunga begitu bahagia, entah apa yang ada di benaknya.

"Ibuku sangat menyukai bunga, setiap berulang tahun atau bila ada moment penting, bila aku memberinya hadiah selalu ditanya mana bunganya? Sebaliknya, walau hanya dikasih bunga, Eomma tidak akan meminta hadiah yang lain. Bunga itu sendiri sudah cukup sebagai hadiah untuknya." ceracau Yong Hwa memancing obrolan dengan si florist yang matanya selalu berbinar cantik setiap menyebut kata bunga.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang