14

263 91 14
                                    

Tanpa sadar bibir Shin Hye mengurai senyum melihat foto dirinya dengan Yong Hwa di antara makanan yang siap mereka santap. Tidak bisa hatinya pungkiri, perjalanannya tadi sangat mengesankan. Namun kenangannya dengan Yong Hwa hari itu akan segera berlalu dari benaknya. Saat bangun tidur besok pagi, memori di dalam kepalanya akan kembali kosong. Yang selalu diingatnya setiap bangun dari tidur adalah hari minggu pada 3 tahun yang lalu.

Hari itu ia bangun sangat pagi sebab bersama kekasihnya berjanji akan menghadiri sebuah acara. Ia berdandan sangat cantik, memilih dress floral casual bermodel O-Neck dengan lengan sebatas sikut. Rambut berombaknya dibiarkan tergerai menyentuh bahu. Pagi pukul 8 teng kekasihnya datang menjemput. Dengan binar kekaguman sang kekasih memuji kecantikannya.

Mereka menghadiri acara lelang koleksi karya seni kontemporer, mulai dari busana karya designer muda bertema radikal, hingga lukisan dan seni pahat dengan ide nyeleneh. Lee Dong Hae sangat tergila-gila dengan segala bentuk karya seni modern dan kontemporer. Dan dia berjanji akan mendapatkan modest wear bernuansa etnik Tiongkok, yakni selembar cheongsam (pakaian tradisional wanita Tiongkok) dengan bordir mewah khas daratan China, untuk Shin Hye.     

Namun belum lama acara lelang berlangsung Shin Hye melihat seseorang yang sangat dikenalnya juga berada di tempat itu. Shin Hye tidak bisa duduk tenang, sebab orang itu adalah ayahnya sendiri. Adegan berikutnya yang ia ingat, ia berlari keluar dengan sangat marah. Dong Hae dan ayahnya sama-sama mengejar keluar. Namun ia terus berlari. Melintasi pelataran parkir hingga menerabas jalan raya yang tengah sibuk oleh lalu lalang kendaraan. Belum tiba di sebrang jalan sebuah truk menyeret tubuhnya. Setelah itu ia lupa segalanya.

Pada detik-detik akhir sebelum ingatannya hilang, terbayang wajah Sekretaris Jin bersama ayahnya. Apa yang sedang mereka lakukan di acara lelang? Sedang tugas luarkah? Tidak pernah ia ketahui sebab selanjutnya ia tidak mampu mengingatnya lagi.

Hye Mi hanya memperhatikan dari ambang pintu, ia tidak berani mengganggunya yang tampak senyam senyum sendiri melihat foto di smartphone-nya. Apa tadi semuanya baik-baik saja? Foto apa yang membuatnya sangat bahagia itu? Dan kenapa Shin Hye tidak marah padahal dirinya tidak bersamanya lalu pulang sangat terlambat?

Harusnya Shin Hye marah, dan biasanya pasti marah. Tapi entah kenapa sekarang mood-nya baik.

"Eonni..." akhirnya ia memberanikan diri memanggilnya.

"Eoh, wheo, Hye Mi-ya!" Shin Hye segera menutup smartphone-nya. Seperti menyembunyikan sesuatu.

"Aku mau meletakan camera dan buku kecil Eonni." Hye Mi mengacungkan benda yang digenggamnya.

"Eoh, sini letakan!" Shin Hye menunjuk meja pendek di samping tempat tidurnya. Buku kecil dan pocket camera itu tiada lain adalah memori external-nya yang sangat ia butuhkan setiap bangun tidur. Supaya besok tidak terlalu bego saat bertemu orang, dan supaya tahu seharian kemarin dirinya habis apa saja.

"Kalau Eonni sudah mau istirahat, aku pun akan pergi ke kamar." pamit Hye Mi.

"Eoh, istirahatlah, Hye Mi-ya! Aku pun akan segera tidur." angguk Shin Hye, tidak ada kemarahan sedikit pun di wajahnya.

Dan meski Hye Mi penasaran untuk bertanya bagaimana perjalanannya tadi dengan Yong Hwa, Hye Mi tidak berani mempertanyakan. Rasanya tidak pantas. Tunggu saja Shin Hye akan menuliskan apa di buku kecilnya itu sekarang, atas yang terjadi selama perjalanan tadi tanpa dirinya. Semoga hal baik, bila mood-nya pun tampak baik. Tidak memarahinya lantaran pulang sangat telat.
💐

Pagi itu Yong Hwa menunggu Shin Hye mengantar bunga dengan tidak sabar. Ia pun ingin segera memperlihatkan ruangannya yang jauh lebih cantik dengan tambahan pot-pot bunga yang ditata sedemikian rupa. Ia ingin melihat bagaimana reaksinya. Pasti matanya akan berbinar indah, terpesona seperti kala melihat bunga-bunga cantik di rumah kaca di perkebunan bunga.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang