43

240 76 18
                                    

Shin Hye melangkah sambil menekan debar dadanya supaya normal, dan begitu melihatnya muncul pria itu melempar senyum membuat ritme jantungnya kembali kacau. Nyaris ia membalikan lagi langkah ke belakang, tapi Hye Mi berdiri tepat di belakangnya. Akhirnya ia menyapanya.

"Annyong, Tuan. Selamat sore!" kepalanya mengangguk kecil.

"Sore. Aku senang kau sudah sehat." balas Yong Hwa.

"Eoh, berkat doa Anda." senyumnya pula tapi lalu... bluk menunduk seraya mata melotot, apa? Doa Anda? Aish... ngomong apa mulutnya? Jadi malu kan? Hati Shin Hye berceloteh sendiri. "Anda akan membuat rangkaian bunga untuk ibu Anda seperti biasa?" tanyanya untuk meredam malu.

Ganti Hye Mi yang melotot mendengar penuturannya itu. Tidak ada yang memberitahu bahwa kedatangan Yong Hwa akan membeli bunga untuk ibunya.

"Diantaranya." jawab Yong Hwa.

"Diantaranya?" Shin Hye mengernyitkan kening.

"Eoh, hal lainnya aku ingin bertemu denganmu."

Shin Hye tersipu malu, pipinya merona. Ini juga terasa aneh bagi Hye Mi. Biasanya bukan begitu reaksinya bila mendapat gombalan serupa itu. Dia menyunggingkan senyuman tak acuh, lalu memperingatkan supaya Yong Hwa tidak mengatakannya lagi, sebab besok pun dirinya akan lupa.

"Kau sekarang ingat bila aku datang ke sini membeli bunga untuk ibuku?" Yong Hwa pun merasa heran.

Shin Hye langsung melirik Hye Mi. "Aniya, seperti biasa aku tidak ingat. Tapi dia mengatakannya padaku." elaknya.

"O, begitu!" Yong Hwa paham.

Tapi Hye Mi membelalakan mata pada Shin Hye, bertanya melalui matanya. Kapan Hye Mi memberitahukan itu? Shin Hye menggigit bibir, iya... Hye Mi tidak pernah mengatakan itu. Selanjutnya Hye Mi terus memperhatikan Shin Hye diam-diam. Hatinya sudah mulai curiga sejak keluar dari rumah, sekarang kecurigaannya semakin besar.

"Barangkali karena hari ini hari pertama toko ini buka, kulihat bunganya belum lengkap. Mawar hanya ada yang merah, Lily tidak ada 1 pun." komentar Yong Hwa memindai seluruh rak.

"Nde, minggu depan baru semuanya lengkap." tukas Shin Hye.

"Kau akan pergi ke Incheon?" tatap Yong Hwa.

"Iya, akhir pekan."

"Boleh aku ikut? Sekarang aku akan menanam bunga di rumah, aku akan mencari bunga yang cocok untuk ditanam di rumah." Yong Hwa antusias.

Shin Hye tersenyum kecil, di dalam benaknya tiba-tiba tergambar perjalanannya ke Incheon beberapa waktu lalu bersama pria ini. Ia tahu itu pun usaha Yong Hwa dalam rangka mendekatinya. Namun kemudian teringat juga dengan kejadian saat ke tokonya itu datang seorang wanita yang mengaku sebagai kekasih pria ini. Senyumnya seketika lenyap.

"Mohon maaf aku tidak bisa mengajak Anda." ia menolak.

"Whe?"

"Aku tidak ingin terbebani, jadi kalau Anda ingin pergi kesana silakan pergi saja. Mye Mi bisa memberikan alamatnya."

"Geurae?"

"Eoh."

"Tapi kau pernah sengaja mengantarku ke sana, apa benar sekarang tidak ingin membantuku?"

"Apalagi bila memang begitu. Artinya Tuan sudah mengetahui tempatnya, jadi silakan saja pergi!" putus Shin Hye.

"Sayang sekali." sesal Yong Hwa. "Aku tidak bersemangat untuk pergi sendiri." imbuhnya.

Shin Hye tidak bersuara lagi, ia serius merangkai bunga di tangannya. Hye Mi yang tengah merapikan rak melihat seperti itu memang sikap Shin Hye sebagai penderita amnesia. Tidak peduli. Sebab yang ada di hati dan pikirannya hanya Lee Dong Hae.

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang