8

245 91 10
                                    

"Kau tidak mendengar apa yang diteriakan Seo Hyun baru saja? Seo Hyun belum menganggap mereka putus. Dan dia akan berjuang mendapatkan cinta Yong Hwa kembali."

"Itu masalah dia, tapi Yong Hwa pun punya hak untuk jatuh cinta pada gadis lain."

"Benar pada gadis lain, tapi bukan pada penjual bunga." tandas Soo Min jelas tidak merestui pilihan sepupunya itu.

"Kau terlalu memandang rendah orang, Soo Min-ah."

"Seorang penjual bunga, apa itu mungkin menjadi pacar Yong Hwa, Lee Chang Sun?" belalak Soo Min. Chang Sun memejamkan mata.

Mungkin memang agak ganjil mengingat perbedaan status sosial diantara mereka yang mencolok, dan terlihat seperti cerita fiksi. Tapi bila cinta sudah menyapa siapa yang kuasa menolak? Dan itu bukan dosa.

"Kita tidak usah ikut campur, eoh?" kali ini Chang Sun memohon. Sebab ia benar-benar tidak ingin menghalangi kebahagiaan sahabatnya.

Entahlah, ia kebalikannya dari Soo Min. Ia justru mendukung Yong Hwa. Sebab belum apa-apa pun gadis itu sudah menularkan hal baik bagi Yong Hwa. Bukan mudah membuat Yong Hwa bangun pagi, bahkan kedua orangtuanya saja tidak sanggup mengubah sikap malasnya. Tapi demi dapat bertemu gadis penjual bunga yang hanya bisa pagi-pagi mengantarkan bunga kepadanya, dia rela mengubah kebiasaan jeleknya yang telah mendarah daging tersebut. Ini sungguh hal besar yang tidak boleh diabaikan.

"Terserah kau-lah. Dan kau jangan mengeluh padaku bila nanti ada apa-apa dengan mereka. Aku tidak akan peduli." ancam Soo Min.

"Nde, aku janji." Chang Sun mengacungkan ibu jari dan kelingkingnya. Soo Min akhirnya pergi dari ruangan itu.
💐

Setiap pagi untuk memulai hari, sambil menunggu asistennya mengangkuti bunga ke dalam mobil, Shin Hye memeriksa buku kecilnya, yakni buku yang dipenuhi tulisan tangan asistennya guna mencatat semua hal yang terjadi seharian kemarin. Semua hal yang perlu diingatnya. Dan hari itu hal pertama yang harus ia ingat, Hye Mi menuliskan tentang permintaan Yong Hwa untuk diantar ke perkebunan bunga.

Ia kemudian melihat jadwal acaranya untuk akhir pekan. Bisakah ia pergi memenuhi permintaan pelanggan barunya tersebut? Hye Mi juga menuliskan jika weekend besok dirinya memang tidak ada acara lain, selain memasak di rumah dan menonton TV.

"Apa benar akhir pekan besok aku tidak ada janji apa pun, Hye Mi-ya?" tanyanya seperti tidak percaya.

"Eonni bisa pergi ke rumah Gwanghwamun kalau mau." tukas gadis itu enteng seraya tangannya menyusun letak bunga di dalam mobil untuk diantarkan kepada para pelanggan.

"Ani, ani... Ya sudah, biar aku antar Tuan itu saja ke perkebunan bunga Incheon." Shin Hye menggeleng.

"Tapi Nyonya ingin bertemu Eonni." beritahu Hye Mi.

"Tapi aku tidak mau bertemu dengannya." tukasnya keras kepala.

"Bila Eonni bersedia pulang ke rumah Gwanghwamun, Nyonya akan memasak makarel panggang dan membuat sushi ikan salmon kesukaan Eonni." Hye Mi menambah informasinya.

"Aku juga akan membuat makarel panggang di rumahku sendiri. Kau jangan ikut-ikutan dia dan Sekretaris Jin, selalu memaksaku, Hye Mi-ya." hardiknya melotot.

"Mianhata!" bungkuk gadis berparas lembut itu langsung membungkam mulutnya. Tapi lantas dia menatap Shin Hye lagi dengan tajam.

"Whe guedae? Kenapa kau menatapku begitu?" tatap Shin Hye merasa terusik.

"Apa saat bangun tidur tadi Nyonya atau Sekretaris Jin menelepon Eonni?" tanya Hye Mi curiga.

"Aniyo. Aku selalu melapor padamu setiap kali dia telepon aku bukan? Untuk kamu catat supaya aku ingat kapan dan apa saja yang dia katakan padaku."

Eternal LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang