Rose benar-benar pulang. Dan ini belum genap sebulan. Harusnya dia masih di rumahnya di Meilbourne. Melamun seperti orang bodoh sepanjang malam, ditemani buku-buku menyebalkan dan hang-out sendirian karna tidak selera mengajak teman-temannya disana.
Lebih asik Lisa, Jennie, dan Jisoo kemana-mana.
Sayangnya, alasan kepulangannya bukan karna antusiasme mau berkuliah normal lagi dan bertemu teman-teman biadabnya. Melainkan kabar sedih.
Ini soal Jeon Jungkook.
Rasanya mau menangis terus melihat bagaimana laki-laki itu terbaring diatas ranjang ICU malam ini dengan selang oksigen dan bantal penyangga yang mengelilingi lehernya. Memar di sudut mata kanan, lecet di alis kanannya juga, pipi kiri atas yang sobek sepanjang setengah jari telunjuk tapi seperti bulan sabit dan pangkal hidung yang memar serta lecet bersamaan.
Dia masih belum dipindahkan keruang inap karna sejak kemarin Ia kritis. Mengalami kecelakaan maut yang untungnya tidak terlalu merusak bagian-bagian tubuhnya. Hanya saja, benturan-benturan yang Ia dapatkan nyaris membuat nyawanya hampir melayang kemarin sore.
Awalnya Rose di Supermarket kemarin malam. Menemani Ibunya yang kepepet ingin membeli keranjang bayi yang unlimited itu di Mall. Dan kabar itu sampai ditelinganya ketika Jimin menelfon dengan nada panik.
Dan saat itu juga, Rose duduk menangis ditengah-tengah keramaian dan Ibunya kaget. Maka jadilah Ia mengambil penerbangan jam 9 malam demi sampai disini untuk melihat langsung keadaan Jungkook.
Sedih sekali rasanya. Terutama ketika mendengar penjelasan Hyeri bahwa akhir-akhir ini Jungkook menyetir sambil mabuk. Rose merasa, ini salahnya bukan? Ia kira cuma dirinya saja yang tidak betah tanpa Jungkook. Rupanya juga sama. Dan Rose tidak tahu kalau Jungkook bakal seterpuruk ini.
Intinya dia ikut sakit melihat Jungkook tidak kunjung terlepas dari masa kritisnya. Setidaknya keadaan ini yang membuat hati Rose benar-benar juga ikut terbentur.
Dibelakangnya ada Park Jimin yang tidak memakai jas seperti biasa. Melainkan hoodie putih dan tidak bicara sejak tadi. Hanya memikirkan dua orang ini dengan prihatin. Maksudku--hubungan mereka lumayan rumit. Saling mencintai, iya. Tapi kenapa dua-duanya goblok? Miris.
Kalau bukan karna faktor sayang, Jimin sudah melempar adik kesayangannya ini ke sungai Han sejak lama. Dia polos sekali sampai rasanya Jimin sendiri yang gemas menjalari ubun-ubun.
Rose yang baru saja tiba di Korea, harusnya duduk santai dan mengistirahatkan tubuhnya. Tapi dia bahkan tidak duduk semenjak datang sepuluh menit yang lalu. Dari bandara langsung ke Rumah Sakit karna khawatir. Tangannya meremat tangan kanan Jeon Jungkook yang terkulai. Wajahnya mengerut masam bercampur khawatir.
"Bagaimana ini? Dia tidak bangun."
Jimin membuang nafas kasar dan memilih merangkul adiknya untuk mendekat.
"Dia pasti bangun.""Tapi--lihat? Dia tidak bergerak." Rengeknya. Lantas memeluk Park Jimin dan menangis samar disana. Pundaknya bergetar dan sesegukan. Tapi teredam oleh pundak sempit namun kokoh milik kakaknya.
"Dia sedang kritis. Jelas tidak bergerak, Rosie."
"Tetap saja! Aku sudah bilang padanya, dia tidak boleh sakit!"
Jimin tidak tahu mau tertawa atau bersedih mendengarnya. Intinya, Ia mau melompat ke dasar laut saking gemasnya. Hanya saja, dia paham betul keadaan saat ini. Jadi dia cuma diam dan membiarkan Rose menangis lagi dipelukannya. Juga ditemani bunyi dari monitor disamping tempat tidur Jungkook yang memunculkan tiga grafis dan Rose kurang mengerti maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Euphoria [2020]END✔
RomanceKetika Jeon Jungkook menemukan kembali Euphorianya yang hilang dalam bentukan gadis manis polos pecinta es krim dan kesayangan semua orang.