Kata 'dua atau tiga hari' rupanya tidak berlaku lagi setelah Rose tahu kenapa orangtuanya mendadak ke Korea dua hari yang lalu. Sekarang, mereka akan disini sampai seminggu, berhubung orangtua Jungkook dan orangtua Rose sudah sepakat kalau keduanya bakal menikah minggu ini. Ralat, dua hari lagi. Dan semua persiapan, begitu antusias dikerjakan orangtua mereka. Sementara Jungkook dan Rose tinggal berleha-leha serta mempersiapkan diri. Teman-teman mereka bahkan tidak menaruh curiga sampai Rose sendiri yang memberitahu mereka tadi pagi disertai suara serak.
Terlalu cepat, memang.
Di sebuah gedung mewah Dangwogun, ayah Jungkook dan orangtua Rose tengah menyusun resepsi. Setidaknya itu kabar yang disampaikan oleh Jungkook hari ini padanya.
Si gadis Park bersama sekelas jurusannya memasukkan buku-buku kedalam tas masing-masing ketika jam kuliah ketiga sudah berakhir.
"Hacciuh!"
Lisa yang duduk disebelahnya, terpaksa menutupi wajahnya dengan buku Standarisasi Keuangan dari dosen Hwang untuk menghindari bersin Rose dengan cepat.
Rose merasakan, dia memang demam sekarang. Salahkan penampilannya semalam yang memakai dress pendek menuju perpustakaan kota padahal nyatanya dia ini sensitive hawa dingin. Well meskipun ini musim panas, tapi tetap saja rasa dinginnya masih menusuk kulit dan membuatnya jadi demam pilek seperti sekarang.
Rose benci sakit. Diantara semua hal yang dia benci, sakit adalah salah satunya. Terutama pilek yang disertai demam tinggi. Demamnya sudah reda karna Park Jimin selaku kakak asuh tersayang telah memberinya pertolongan pertama dengan obat demam dan kompres sepanjang tidur. Hari ini pun dia harus hadir kuliah di tengah keadaan tubuh yang kurang sehat. Soalnya dia harus mengumpulkan proyek tugas dari Professor Choi dan disertai tanda tangan dari yang bersangkutan untuk mengisi tanda bukti pengumpulan.
Ia mengucek pangkal hidungnya dengan tissue pemberian Jennie dan berjalan dibelakang teman-temannya, bersiap untuk pulang dengan langkah gontainya.
"Aku masih belum menyangka kau akan menikah di usia semuda ini. Dengan si Jeon pula. Wah, pasti banyak yang iri,"
Jennie mengode pada Lisa untuk memelankan suaranya, dan dibalas cengiran oleh gadis itu. Lalu melirik Rose yang tampak berjalan bungkuk karna lemas. Tasnya pun terpaksa dibawakan oleh Jisoo karna dia tidak tega.
Sesampainya di mobil Jennie, Lisa membukakan pintu untuk Rose dan Ia menyusul setelahnya. Jennie di kursi kemudi dan memakai sabuk pengaman, serta Jisoo disampingnya sambil melakukan hal yang sama pula.
Jennie mematikan Air Condition dan menutup jendela secepat mungkin, karna perhatian adalah sifat terbaik yang dimiliknya. Meskipun dia cerewet dan galak, dia nyatanya seseorang yang peka dan pengertian. Gadis Kim yang lahir di Korea tapi dibesarkan di Selandia Baru selama beberapa tahun itu mulai melajukan mobil keluar dari pekarangan kampus.
Didalam mobil, Jisoo membaca majalah yang dia dapat dari laci dashboard Jennie. Lisa bermain ponsel, Jennie fokus menyetir dan mendengarkan musik lewat headsetnya, sementara Rose menyeka ingusnya dengan tissue yang selanjutnya di kumpulkan di kantong plastik hitam yang Ia pangku.
"Kau masih kelihatan kucel ketika ingusan." Jennie berkata, setelah mengecek Rose lewat spion diatas kepalanya dan menyetir melewati belokan.
"Aku tidak suka sakit!"
"Yang suka sakit juga siapa?" Lisa memutar bola matanya. "Makanya ke dokter."
"Aku tidak suka dokter!"
Yah, mereka tahu itu. Rose selalu tidak mau berobat ke dokter. Dan kalaupun sakit, untuk minum obat saja rewelnya luar biasa. Sama seperti semalam. Jimin sampai harus menyogok membelikan Maratang (sup Mara) dengan syarat Rose harus minum obat. Dan juga dalam keadaan sakit, Rose tidak bisa tidur kalau tidak memeluk seseorang. Karna ibunya hamil, mustahil Rose menghubungi ibunya untuk ke rumah Jimin tengah malam dan menemaninya tidur sambil dipeluk semalaman. Yang ada, takutnya si adik jadi remuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Euphoria [2020]END✔
RomanceKetika Jeon Jungkook menemukan kembali Euphorianya yang hilang dalam bentukan gadis manis polos pecinta es krim dan kesayangan semua orang.