Chap.22

2.8K 336 14
                                    

"Hari ini jadwalnya apa?"

Jeon Jungkook harus menghentikan kegiatannya menatap sosok gadis ternakal sekaligus keras kepala yang pernah dia kenal itu. Seorang Roseanne Jeon, gadis yang dinikahinya lewat perjodohan beberapa hari ini. Tapi meskipun nakal tidak terkendali, Jungkook disisi lain juga gemas.

Setelah Ia kembali pagi-pagi sekali dari kamar Rose dan Lisa untuk mengambilkan pakaian, rupanya kamar itu masih terkunci. Meskipun Jungkook sudah berulang kali mengetuk, dan yang keluar adalah Jisoo dengan wajah bangun tidurnya dari kamar yang berhadapan. Mengatakan kalau Lisa selalu yang tidur itu lebih susah dibangunkan ketimbang kerbau.

Maka Rosie Jeon, memilih memakai pakaiannya semalam. Belum kenapa-napa, tapi Ia sedikit risih karna Ia juga butuh pengering rambutnya dan Lisa belum juga bangun untuk membuka pintu.

Maka saat ini, gadis pirang itu sedang duduk di pinggir ranjang dengan Jeon Jungkook yang membantu mengeringkan rambutnya dengan handuk yang digosok kecil.

"Tengah hari, semua mahasiswa akan dikumpulkan untuk kerja bakti di bawah bukit."

"Tengah hari?!"

Jungkook mengangguk singkat. Kembali melanjutkan aktivitas kecilmya setelah sebelum ini, Rose menatapnya untuk melotot. "Eoh. Tenang saja, disana tidak akan panas soalnya banyak pohon pinus."

Rose tersenyum disela-sela kunyahannya. "Aku suka pinus. Mereka harum,"

"Kenapa kau tidak suka Jeon Jungkook saja?"

"Aku suka. Sedikit." Rose tersengir seperti orang bodoh memberikan gestur sedikit dengan telunjuk dan ibu jari yang direkatkan. Kemudian memejamkan sebelah matanya untuk menambah kesan kalau itu memang sedikit.

"Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali."

Rose tertawa dan terduduk seperti anak kecil dengan kaki-kaki yang menyampai lantai, mengayun bergantian. Setelah itu Jungkook menyisir rambutnya dan menyuruh gadis itu makan sarapan dibawakan laki-laki Jein berupa dua potong roti selai strawberry serta segelas--apa ini? Susu coklat? Atau coklat panas? Entahlah. Jelasnya Rose suka. Ini mirip coklat buatannya Jimin. Bedanya, pemuda Park yang merangkap sebagai ayah keduanya itu selalu memasukkan marshmellow agar Rose makin suka. Coba kalau Jimin dan tidak pakai marshmellow di coklat panasnya. Rose akan menenggelamkan hari dalam kerewelan luar biasa.

Jungkook menghela nafas panjang dan berbaring dibawah karpet bertepatan didepan Rose yang berpindah sebelum ini menyandar kesisi ranjang. Ia menatap lurus ke atas dan melipat kedua lengannya dibelakang kepala sebagai penopang.

"Rose,"

Rose tidak menatapnya. Melainkan melanjutkan sarapannya agar bisa kembali ke kamarnya dan mengganti bajunya jam 7 ini. Sedikit diputarkan musik oleh Jungkook yang membuatnya sedikit mengikuti alunan musik dengan menggerakkan kepala di sela-sela makannya.

"Kalau aku lulus duluan, kau tidak apa-apa?" Celetuknya.

Sekarang, Rose menatapnya dengan alis berkerut. Mematikan musik di ponsel Jungkook dan menatap sang pemilik yang bahkan cuma menatap langit-langit kamar. "Tidak, biasa saja. Kenapa bertanya?"

Jungkook mendelik singkat padanya. "Artinya kau tidak suka aku didekatmu, begitu?" Tanyanya malas.

"Iya."

Ingin sekali Jungkook memberinya pelajaran dengan dicium sampai tengah hari. Kelewat jujur juga sesikit meresahkan, sebenarnya.

Hanya saja, Jungkook memikirkan itu sejak tadi pagi.

Kalau dia lulus, nanti siapa yang memantau Rose? Apakah Steve? Atau Taehyung? Sepertinya mereka tidak bisa diandalkan. Dia tahu Steve menyukai Rose, nanti kalau tambah dekat tanpa sepengetahuan Jungkook--itu kan bangsat. Taehyung? Dia pasti sibuk soal asmaranya dengan pacar galaknya dan mudah sekali luluh kalau dirayu.

The Lost Euphoria [2020]END✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang