"Hah, kau mentraktirku dua kali. Kau juga sudah mengantarku pulang dua kali. Terima kasih, rupanya dibalik wajah tembok itu--kau cukup baik,"
Jungkook tidak menjawab dan terus fokus menyetir. Kemudian Rose menguap dan membuatnya menoleh singkat.
"Ngomong-ngomong kau kenal baik dengan pemilik kedai itu, ya? Kau sering kesana?"
"Eoh. Waktu aku sekolah. Aku sering datang kesana nyaris setiap hari sepulang sekolah."
"Sendiri?" Celetuk Rose.
"Terkadang dengan Jimin dan Taehyung."
"Itu si bule tidak ikut?"
"Aku baru kenal dia saat kami kuliah." Jawab Jungkook lagi. Yang dimana posisi banyak tanya kini berpindah pada gadis dan Rose bisa lihat, Jungkook tampak berpikir sampai akhirnya tersenyum kecil.
"Bagaimana, kau mau datang denganku lagi kesana?"
"Hm!" Seru Rose dengan spontan. "Boleh juga. Tapi sesekali aku yang akan mentraktirmu. Sekalian dengan janji menikmati es krim Baskin Robins yang kubilang. Sekarang ini aku tidak punya uang. Gara-gara Jimin-oppa yang suka sekali ngadu, ayahku jadi mengancam akan mengirim uang setiap dua bulan sekali. Sisanya aku bergantung padanya. Intinya dia jadi ayahku selama disini,"
"Kau tidak punya saudara?"
Disini Rose menyengir dan menggeleng. "Belum. Ibuku tengah hamil yang ketujuh bulan."
"Aa.." Jungkook mengangguk paham.
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Tidak punya. Aku anak tunggal. Sejak Ia mengidap sakit, ayahku menyarankan dia tutup kandungan."
Giliran Rose yang mengangguk paham. "Aku tahu rasanya jadi anak tunggal. Kesepian," katanya sambil menoleh ke sisi mobil.
"Untungnya aku memiliki Jiminnie-oppa yang menyayangiku seperti adiknya. Bahkan ketika aku pindah di kampus asrama, itu adalah idenya karna tidak mau aku bertemu namja brengsek yang pernah nyaris memperkosaku."
Jungkook terdiam. Melirik singkat dan mencengkram stir dengan perasaan tidak enak.
"Hah?"
"Eoh. Ada seorang namja. Dikampus pertamaku, kebetulan kami sejurusan tapi dia kakak tingkat. Orangtuaku tidak tahu, tapi aku memberitahu Jimin-oppa. Dia marah sekali dan membujuk ayahku supaya memindahkanku ke kampus yang lebih ketat."
"Bagaimana dengan pacar? Kau punya?"
Rose mendelik. "Apa-apaan? Kau mau mengejek, ya?"
"Aku hanya bertanya. Memangnya aku mengejekmu apa?" Jungkook mengendik.
"Untuk saat ini tidak punya." Jawab Rose seadanya. "Tidak ada namja yang bisa dipercaya," ejeknya.
Jungkook tidak menjawab dan rupanya berhenti di depan rumah Jimin.
"Sudah sampai.""Terima kasih, Jungkook-ssi. Hati-hatilah dijalan," Rose melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu.
"Tunggu--"
Rose berbalik dan menatap Jungkook dengan bingung.
"Apa?"Pemuda itu mengedip dan menggeleng. Membuat Rose semakin kebingungan.
"Tidak apa-apa. Selamat malam,"Rose tersenyum kecil.
"Eoh, selamat malam juga untukmu." Cengirnya. Keluar dari mobil dan melambai sebelum memasuki gerbang rumahnya. Ralat--rumah bibinya.Setelah Rose benar-benar menghilang darisana, Jungkook melajukan mobilnya menuju rumahnya yang cukup jauh di Distrik Yangju.
Dirinya terlalu banyak memikirkan soal Rose hari ini. Caranya berjalan seperti seseorang tanpa beban hidup--atau lebih mirip anak-anak yang begitu senang pulang sekolah dengan nilai ulangan bagus. Caranya tersenyum, suaranya, dan binar bulat netra coklat gelapnya ketika mencicipi ramyeon makarel untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Euphoria [2020]END✔
RomanceKetika Jeon Jungkook menemukan kembali Euphorianya yang hilang dalam bentukan gadis manis polos pecinta es krim dan kesayangan semua orang.