27. Penghianatan (3)

211 11 7
                                    

Dan sekarang, bukan hanya Reva sajalah yang terkejut, melainkan kedua sahabatnya juga, yang menatap tak percaya kepada Gio.

Tes!

Satu tetesan air mata lolos begitu saja dari pelupuk mata Reva. Reva mengatupkan kedua bibirnya berusaha agar tidak terisak, lalu tangannya pun ia lepaskan dari bahu lebar Reya. Kedua lututnya pun terasa sangat lemas sekarang, dia beringsut dan terduduk di atas rerumputan dengan tangisan yang tak bisa tertahan lagi.

"Hiks, lo jahat, Zi!" racaunya seraya menunduk dengan pundak bergetar hebat.

Plakk!

Sebuah tamparan keras mendarat begitu saja di pipi Kevin. Dengan tatapan yang tajamnya, Dera, selaku yang menampar mengeratkan tangannya di kaos yang Kevin pakai.

"Mau lo apa sih! Tujuan lo bilang ke Reva kayak gitu biar apa, lo nggak tau kondisi Reva sekarang. Lo harusnya jaga omongan lo!! Dengan lo ngomong kayak gitu itu bakal buat Reva nambah tertekan!!" bentak Dera dengan nafas yang memburu.

Kevin yang tak terima dengan sikap Dera terhadapnya langsung saja menghempaskan lengan panjang Dera yang mencengkram bajunya. "Lo yang maunya apa!! Jelas-jelas yang gue omongin benar kok, lo tau apa! Gue denger dengan kedua telinga gue sendiri kalau yang tadi diomongin Tante Lissa dan mamahnya Ghea ya tentang perjodohan mereka!!" balas Kevin tak kalah.

"Satu lagi, jangan lo pikir yang di sini tertekan itu cuman sahabat lo! Tapi gue juga!! GUE JUGA BAN*SA*!!" gertak Kevin yang meneriakkan kalimatnya di akhir ucapannya.

"Lo! Nggak—"

"STOP! STOP! GUE MOHON STOP HIKS ...." teriak Reva memotong ucapan Dera cepat, dia menutup kedua telinganya, batinnya sangat lelah sekarang.

Dia benci pertengkaran, dia benci!!

Reya yang sedari tadi diam pun langsung menatap tak tega Reva. Ia pun mencoba berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Reva hendak memeluknya dan memberi kekuatan kepada sahabatnya ini.

"Re—"

"REVA!"

belum sempat Reya menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Reva sudah berdiri dari tempat duduknya dan berjalan dengan langkah cepatnya memasuki halaman luas rumah Zilo. Walaupun ada sedikit rasa sakit yang menyerang kepalanya, tetapi tak ia pedulikan, dan mencoba untuk menahannya.

"Re berhenti!!" ujar Dera agak sedikit berteriak. Karena ucapannya itu tak dihiraukan oleh Reva, Dera pun memutuskan untuk mengejarnya. "Rere berhenti!!" ulangnya lagi.

Reya yang sedang berjongkok langsung berdiri ikut mengejar Reva, refleks Kevin dengan Gio juga ikut berlari di belakangnya.

"Reva!" Kali ini teriakan panggilan di lontarkan oleh Reya. Jangan sampai Reva nekad untuk memasukki rumah besar Zilo, ia takut apabila Reva semakin tertekan dengan perkataan orang tua Zilo nanti.

Lain dengan Reva yang masih tak mempedulikan teriakan-teriakan dari sahabatnya. Yang Reva butuhkan sekarang hanyalah penjelasan. Reva ingin membuktikan bahwa ucapan Kevin dan Gio itu sangatlah tidak benar.

Cukup lelah berlari melewati halaman luas rumah Zilo, kini Reva sudah berada tepat di depan pintu masuk, yang di dominasi kayu yang menjulang tinggi. Dengan nafas yang terengah-engah Reva pun melayangkan tangannya, mengetuk pintu kayu itu dengan sekuat tenaga.

TOK ... TOK ... TOK ...

"BUKA!" Dengan tubuh yang sedikit melemas, Reva mencoba terus mengetuk pintu di depannya itu. Tak lama kemudian, Reya, Dera, Kevin, dan juga Gio datang dengan menarik lengannya secara tiba-tiba.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang