14. Balikan

190 23 50
                                    

Zilo menghela napas pelan. "Hmm ..., Sorry, Key. Gue bener-bener nggak bisa." jawab Zilo dengan jawaban yang masih sama.

Keysa menunduk, entah harus bagaimana lagi dirinya membujuk kakak kelasnya ini untuk kembali lagi bersama kakaknya. Ya memang, Keysa tau Zilo sudah memiliki pengganti sekarang, tetapi, Keysa tak bisa melihat kakaknya seperti itu terus. Keysa tak tega melihat penyakit kakaknya yang tiap harinya semakin parah, dia sakit apabila kakaknya terus menerus menangis menyebut nama Zilo.

Keysa tau tindakan dirinya saat ini sangatlah jahat, dia berusaha untuk memisahkan dua pasangan yang saat ini saling mencintai. Akan tetapi, Keysa tak punya pilihan lain, dia ingin membuat kakaknya bahagia, dia ingin kakaknya terus tersenyum tanpa merasakan rasa sakit lagi. Kalaupun Reva akan membencinya, Keysa ikhlas. Dia sudah memikirkan keputusannya ini sejak lama, dia sudah menyiapkan hati, pikiran, dan mentalnya untuk menghadapi kemarahan Reva nanti. Ini demi kakaknya! Menurutnya kakaknya saat ini lebih penting dari apapun. Hanya Veya yang Keysa punya saat ini, Hanya Veya!

Keysa membalikkan tubuhnya ke arah Zilo. Tangannya pun terangkat untuk memegang kedua tangan Zilo. Keysa menatap Zilo yang sedang menunduk, sebelum akhirnya, "Hikss ... Key mohon Kak hikss ... Hanya ini yang buat Kak Veya bahagia hikss ...." isak Keysa kembali memohon, dia mengeratkan tangannya di telapak tangan Zilo.

Zilo yang tadi menunduk pun langsung menatap Keysa miris. Dia tak tahu harus apa sekarang, hubungannya dengan Reva saat ini memang sedang tidak baik. Tetapi, Zilo tak mau mengakhiri hubungannya dengan Reva, rasa sayang yang besar sudah tumbuh di dalam hatinya. Dan hatinya pun saat ini hanyalah untuk Reva seorang. Akan tetapi, di lain sisi, dirinya sangat kasian terhadap kondisi Veya. Dia juga tak tega melihat kondisi Veya yang seperti itu, jujur, rasa ingin membahagiakan Veya terlintas di hatinya juga. Harus apa dia sekarang?

Zilo menarik napasnya pelan, lalu membuangnya cepat. Dia sudah memikirkannya kembali, dan semoga saja keputusannya kali ini tepat. "Huh ... Oke, gue bakal balik sama Veya," putus Zilo pada akhirnya membuat Keysa langsung mendongak menatapnya.

Brengsek!!

Keysa menatap Zilo dalam, matanya pun berbinar dengan senyuman yang melengkung di bibirnya. "Maaf, Kak. Tapi, bisa nggak Kak Zilo ulangi apa yang barusan Kak Zilo bilang?" tanya Keysa memastikan. Sebenarnya dia sudah mendengarnya tadi, namun, karena kurang puas dengan apa yang Zilo ucapin tadi, maka dari itu dirinya menyuruh kakak kelas di depannya ini untuk mengulang.

"Gue, bakal balik sama Veya, kakak lo, puas!" kata Zilo tegas.

"Ta—"

"APA! ZI ... KAMU SERIUS?"

Teriakan seseorang dari ambang pintu membuat Zilo mengurungkan niatnya untuk berbicara, dia dan Keysa langsung menolehkan pandangannya cepat.

Dilihatnya, kini di ambang pintu memang sudah ada seorang gadis dengan penampilan urak-urakan tengah berdiri menatap mereka berdua dengan wajah yang tersenyum bahagia. Kaki gadis itu terangkat untuk mendekat ke arah tempat Zilo dan Keysa saat ini. Ingat! Senyum manis masih terpancar di bibirnya dan menatap Zilo dengan tatapan berbinar.

Veya langsung menubruk badan kekar Zilo, dengan lengan yang melingkar di tubuh Zilo. "Zi, makasih. Aku seneng banget akhirnya kamu mau maapin aku dan balikan lagi sama aku," ucap Veya di dada bidang Zilo.

Zilo yang merasa risih pun langsung mendorong pelan tubuh Veya agar sedikit menjauh darinya. "Hm, udah malem, gue balik." kata Zilo yang berjalan ke arah pintu.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang