22. Ghea.

172 13 22
                                    

📱I'm about to raise the roof
Gongmyeong geu ane Moves (Raising)
Peojyeogane Like the news
Jamdeureotteon neol kkaeweo
Himeun deo keojyeo ga
When we raise the roof

Nada dering ponsel yang sedari tadi berbunyi, membuat seseorang yang sedang berada di dalam kamar mandi langsung menyelesaikan mandi nya dengan cepat. Dia bergegas memakai handuknya, lalu keluar dari kamar mandi. Dengan wajah yang sangat kesal, dia pun berjalan menuju nakas tempat handphone-nya berada, lalu mengambilnya.

Sekarang, terpampang jelas nama si penelpon di layar handphone-nya. Saat mengetahui siapa yang menelponnya, wajahnya terlihat semakin kesal. Dia memutar bola matanya jengah, sebelum akhirnya mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo, Ghea! Lama banget sih ngangkatnya. Lo tau nggak sih gue hampir aja mau nyamperin ke rumah lo, untung aja si Rere nyuruh gue buat sabar, kalau nggak—"

"Apaan sih, Der. Ganggu tau nggak sih lo, intinya aja deh lo mau ngapain? Gara-gara lo ritual mandi gue—"

"Ihh Ghea, gue belum selesai ngomong ya, udah asal potong-potong aja. Timbang mandi doang mah gampang, nanti juga bisa. Intinya sekarang ini lo harus jawab semua pertanyaan-pertanyaan gue dulu. Abis itu terserah deh lo mau ngapain aja!"

Pertanyaan? Yang Dera maksud pertanyaan di sini itu tentang apa? Jangan bilang Dera sudah mengetahui acaranya hari ini? Bila Dera tau, harus jawab apa Ghea. Terlebih saat ini Dera sedang bersama dengan Reva, bila seperti ini bisa-bisa semua sahabatnya salah paham pada dirinya.

"Ghea lo denger gue ngomong nggak sih!"

Teriakan dari Dera mampu membuat Ghea membuyarkan lamunannya, ia berusaha untuk tidak gugup, semoga saja pertanyaan yang Dera maksud itu bukan mengarah kepada dirinya yang ingin bertemu dengan keluarga Zilo.

"Iya, apa, gue denger kok," jawab Ghea dengan tenang.

"Mau nanya apa?" sambungnya.

"Lo ada hubungan apa sama—"

Tok ... Tok ... Tok ...

"Ghea, sayang, udah belum mandi nya? Cepat dong, Dek. Mami sama Papi udah siap nih." Pertanyaan dari Dera terpotong begitu saja karena suara Mami-nya yang terdengar di luar kamar.

Dan itupun sontak membuat Ghea menghela nafasnya lega, setidaknya dengan alasan Maminya Ghea bisa menghindari semua pertanyaan-pertanyaan dari Dera.

"A-ah Iya, Mi. Udah kok, bentar yah, Mi," jawab Ghea dengan sedikit teriak.

"Gheaa!"

"Ehh, Der. Maaf ya, kayaknya lo harus tunda dulu semua pertanyaan lo itu, gue udah dipanggil mami nih. Salam buat Rere semoga cepat sembuh, dan maaf gue belum bisa ke sana. Bye, Der. See you and thank you," ucap Ghea dengan cepat seraya mematikan sambungan telponnya dengan Dera.

"I'm sorry, guys. for now, I can't tell you about my relationship with the Zilo family," gumam Ghea seraya menatap wallpaper handphone-nya yang menampilkan dirinya dengan ketiga sahabat-sahabatnya.

****

Berbeda dengan Ghea yang saat ini tengah dilanda kekhawatiran, Zilo, pemuda itu justru malah merasakan yang sebaliknya. Kini, Ia tengah bersantai ria dengan kedua teman-temannya—Kevin dan Gio di sebuah cafe yang tak jauh dari sekolah mereka.

Walaupun cuaca hari ini sangat buruk, tetapi, itu sama sekali tak membuat mereka membatalkan rencananya untuk berkumpul. Dan tentu saja ini juga karena paksaan dari Gio, coba saja bila pemuda itu tak datang ke rumahnya, mungkin saat ini Zilo masih berada di kasur empuknya.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang