20. Rindu

213 16 28
                                    

2 hari kemudian...

Ini sudah kedua harinya semenjak masalah — Ghea, Dera, Zilo dan Keysa yang masuk ke ruang BK, permasalahan mereka belum selesai sampai sekarang, terutama Ghea dan Dera yang masih mempunyai dendam terhadap Zilo. Kini, mereka berdua mencoba mengasingkan Zilo dan kedua temannya. Bahkan, Ghea, yang notabennya baru saja jadian dengan Kevin harus rela untuk menahan dirinya agar terus mengabaikan dan menjauhkan Kevin. Bayangkan saja, hubungan mereka yang baru saja seumur jagung itu harus mengalami masalah hanya karena sikap keegoisan salah satu sahabat mereka.

Dera, gadis satu ini yang sudah menyuruh Ghea untuk menjauhi Kevin, saat itu Ghea sempat menolak, tetapi, tak ada pilihan lain selain mengalah dan menuruti ucapan Dera. Bila Ghea membantah pun maka resiko terbesar yang dia hadapi yaitu, akan membuat seluruh persahabatan mereka hancur. Ghea tak mau sampai itu terjadi, sudah bertahun-tahun mereka menjalani persahabatan ini dan nanti harus hancur begitu saja hanya karena seorang pria.

Ah iya, ini pun sudah kedua harinya Reva tidak masuk sekolah. Dia masih harus mengalami perawatan di rumah sakit. Ghea, dia pun tak tahu menahu soal penyakit Reva dan kedua sahabatnya—Reya dan Dera—pun begitu. Salah satu dari mereka masih belum ada yang tahu tentang penyakit Reva. Akan tetapi, saat dirinya sedang membesuk Reva kemarin lusa, dokter mengatakan bahwa Reva mengalami penyakit yang cukup serius. Tentu saja pernyataan dokter itu mampu membuat seluruh keluarga dan sahabat Reva menjadi panik sekaligus takut, terutama Ghea sendiri. Sudah cukup lama mengenal Reva, tetapi, dia baru mengetahui bahwa sahabatnya itu mempunyai penyakit yang cukup serius. Sungguh dari situ dia merasa sangat tak becus untuk menjadi sahabat Reva.

Duk!

"Aww," Lamunan Ghea buyar seketika saat ada yang menendang betis nya secara tiba-tiba. Ghea mengaduh kesakitan seraya mengusap dan melihat betisnya yang baru saja di tendang seseorang. Dia menoleh menatap horor orang di sampingnya yang saat ini terlihat santai, tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

Ghea menoyor kepala orang itu. "Lo apa-apaan sih, sakit tau!" sewot Ghea dengan tangan yang masih mengusap betisnya.

Sedangkan, orang yang diajak bicara hanya terkekeh seraya mengacungkan kedua jarinya, membentuk peace. "Hehe ... Maap, lagi lo bengong terus sih. Gue kan takut lo kemasukan, lo tau kan kalau di sekolah ini tuh banyak hantunya, terus-terus banyak yang bilang hantunya itu eww ... jelek banget dan yang paling penting, dia itu suka sama cewe yang suka ngega—"

"Apa, ha? dan tanpa lo sadari, lo juga termasuk salah satu dari hantu-hantu itu! So, sesama hantu nggak boleh saling menjelekkan ya meng," potong Ghea dengan cepat.

Dera yang mendengar itupun hanya mengerucutkan bibirnya kesal. "Apa lo bilang? Lagipula nih ya, mana ada sih hantu yang secantik gue," protes Dera yang tak terima dirinya disamakan dengan hantu sekolah.

"Kalaupun ada mungkin dia nggak sebawel dan sefrontal lo!"

"Yee, justru bagus dong gue orangnya frontalan, daripada diem-diem ngomongin di belakang, tapi, di depannya sok-sokan baik, iiuww ... keliatan banget muna-nya!" jelas Dera yang agak sedikit menyindir. Entah kepada siapa sindiran itu diucapkan.

Ghea memutar bola matanya malas, mengabaikan ucapan Dera. Ia menyenderkan punggungnya di senderan kursi, lalu, helaan napas kasar pun terdengar dari mulutnya. Kini, rasa bosan sedang melanda dirinya.  Sudah dua hari ini ia selalu saja bersama Dera, sungguh Ghea rindu dua sahabatnya yang lain yakni, Reva dan Reya.

Reya, kalau kalian tanya mengapa gadis itu ikut tak masuk, ya, tentu saja karena dia sedang menjaga Reva. Enak bukan? Ya, jangan ditanya lagi. Menurutnya, lebih baik menjaga Reva yang sedang sakit, daripada harus terus bersama makhluk menyebalkan semacam Dera.

"Ghea, ada yang nyariin lo tuh," ucap seseorang tiba-tiba, dia baru saja datang menghampiri meja Ghea dengan Dera seraya memilin-milin rambutnya.

Ghea menoleh, dia menatap Dera yang sekarang sedang asik memainkan handphone-nya, sebelum akhirnya kembali memalingkan wajahnya ke arah orang tadi.

Ghea mengeryitkan alisnya bingung. "Siapa?" tanyanya penasaran.

Orang itu mengulum bibirnya sebentar, lalu menatap Ghea lagi seraya tersenyum meledek. "Kak Kevin,"

"APA!!"

****

"Key, please, bujuk Zilo supaya dia mau ke sini. Kakak pengen ketemu dia, Key. Kakak mohon, kamu bujuk Zilo ya," pinta Veya dengan wajah yang memelas, membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan merasakan kasihan.

Begitupun dengan Keysa, yang sudah menatap kakaknya dengan lirih. Dia tak bisa melihat kakaknya yang seperti ini, sudah beberapa kali Keysa mengabaikan permintaan kakaknya, tetapi, untuk menolak pun rasanya tak bisa. Dia ingin membuat kakaknya terus bahagia, akan  tetapi, di lain sisi Keysa pun tak mau bila Zilo semakin marah kepadanya.

Keysa mencoba menenangkan kakaknya,  dia mengambil pergelangan tangan Veya, lalu mengusapnya pelan. "Kakak sabar ya, pasti Kak Zilo bakal ke sini kok. Lagipula, ini kan masih jam sekolah, jadi, wajar aja kalau Kak Zilo daritadi nggak bisa dihubungi," jelas Keysa sambil tersenyum, berharap senyumannya akan menular kepada Veya.

Namun, respon Veya malah berbanding terbalik dari harapannya. Dia malah menghempaskan lengan Keysa kasar dan berdiri dari sisi ranjangnya saat ini. Matanya menatap tajam Keysa, dengan setetes cairan bening yang sudah keluar dari matanya. Dia membungkuk mengambil bantal yang ada di belakangnya, lalu ...

Buk!

Prangg

"Kak Vey!!!"

****

"Kenapa? Mau cari Reva lagi? Haha ... Gue saranin, mending nyerah aja deh loh! Mau sejauh apa pun lo nyariin Reva, percuma, lo nggak bakal bisa nemuin dia. Lo tau kenapa? Nggak tau ya? Yaudah deh, gue juga nggak bakal kasih tau kok!" 

"Oh iya, satu lagi, Reva paling benci sama cowok yang brengsek! Jadi, dari sini udah tau kan, sebenci apa Reva sama lo sekarang? Jangan harap aja lo bisa ketemu dia lagi!!"

"Jangan harap lo bisa ketemu dia lagi!!'

"Ja-ngan ha-rap!!"

"Sebenci apa Reva sama lo sekarang!"

"Reva paling benci sama cowok yang brengsek!"

"Benci sama cowok brengsek!"

"Cowok brengsek!"

"Reva benci cowok brengsek—jangan harap lo bisa ketemu dia lagi!!

"ARGHH!! Sialan!" Erangan disertai umpatan kasar keluar begitu saja dari mulut Zilo, dia meremas kepalanya dengan sangat kuat. Ucapan demi ucapan yang Ghea lontarkan kemarin masih saja terngiang di kepalanya.

Zilo tak menyangka masalahnya dengan Reva akan serumit ini, dia tak berpikir sampai sejauh ini. Harus apa dirinya sekarang? Dia tak mau apabila hubungannya dengan Reva sampai kandas. Namun, dia juga tak bisa memutuskan hubungannya dengan Veya begitu saja. Mungkin, kata 'Brengsek' yang diucapkan Ghea untuknya itu sangat benar, pada kenyataannya, memang Zilo ini benar-benar sangat brengsek. Musnahkan saja cowok semacam Zilo ini.

Bersambung....

****

Eh ga ding bercanda, kalau Zilo nya gada nanti Rere nya ama sapa hehe ...
Next?
Jangan lupa Voment^^
See you in the next part 🍁

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang