15. Sakit Lagi

221 23 73
                                    

+6285959******
Send a picture.

Reva mengeryit bingung, sebuah pesan masuk dari nomor yang tak dikenal mengiriminya foto. Karena Reva penasaran di bukalah percakapan dari nomor tersebut. Dan ternyata ...

Jgerrr

... Bagai di sambar petir hatinya sekarang pun kembali rapuh, dengan air mata yang lolos begitu saja dari kedua pelupuk matanya.

Reya yang disebelahnya pun langsung menatap Reva khawatir. "Re, lo nggak papa?" tanya Reya dengan tangan yang mengguncang bahu Reva.

Reva mendongak menatap Reya dengan linangan air mata yang sudah membasahi pipinya. Dia menubruk tubuh mungil Reya dan memeluknya erat. Reya masih bingung, ada apa dengan sahabatnya ini. Dia berpikir kembali, sahabatnya seperti ini setelah melihat pesan yang berbunyi tadi. Tanpa pikir panjang, Reya pun merebut handphone Reva yang ada di genggaman sang pemilik, dan betapa kagetnya Reya saat melihat foto yang dikirim oleh orang tak dikenal tersebut.

Terdengar isakan-isakan tangis dari mulut Reva dan mengalihkan pandangan Reya, Reya pun mengusap punggung Reva, memberi ketenangan kepada sahabatnya yang satu ini.

"Lo bener-bener brengsek, Zi," gumam Reya seraya menatap lurus ke depan.

Jelas, dia tak terima sahabatnya selalu diperlakukan seperti ini oleh Zilo, sudah kesekian kalinya Reva dibuat menangis oleh Zilo. Oh ya, jangan lupakan Reya untuk berterima kasih kepada orang yang mengirim foto tersebut!

Reva melepaskan pelukannya di tubuh Reya. "Rey hikss ..., malem ini hikss ... Lo nginep ya," pinta Reva yang membuat Reya langsung menatapnya.

Reya tersenyum, lalu mengangguk. "Tujuan gue kesini pun gitu, Re," jawab Reya seraya menghapus jejak air mata yang ada di pipi Reva.

Reva membalas senyuman Reya dan kembali memeluk tubuh mungil sahabatnya ini. "Makasih ya, Re." ucap Reva tulus.

"Iya, Re." balas Reya seraya mengelus punggung Reva, lagi.

Zilo, kata itu yang sekarang muncul di benak Reya. Mungkin Reya harus memberi kejutan untuk pemuda itu. Reya menampilkan senyuman Devilnya.

Tunggu besok, Zi, batinya.

****

Tuk... Tuk... Tuk...

Bunyi beberapa alas sepatu yang berjalan menuruni tangga membuat wanita paruh baya yang sedang menyiapkan sarapan di ruang makan langsung mengganti arah pandangnya. Di sana sudah terlihat dua putri cantiknya dengan memakai seragam yang sama sedang berjalan menuju ke arahnya, dengan senyuman manis yang tak pernah lepas dari bibir mereka berdua.

"Morning, sayang-sayangnya Mamah," sapa wanita paruh baya itu dengan senyuman di wajahnya.

"Morning too, Mamah cantik,"

"Morning too, Tante cantik,"

Ucap mereka bersamaan dengan panggilan yang berbeda. Setelah mendapat kecupan selamat pagi oleh wanita paruh baya itu, dua gadis cantik yang berseragam sama itu pun langsung duduk di meja makan.

Mata salah satu gadis itu berbinar karena melihat masakan yang segitu banyaknya sudah tersaji di meja tersebut. "Wah Tante masak semua ini?" tanya Reya dengan mata yang tak lepas dari makanan yang ada di depannya.

Wanita paruh baya itu terkekeh. "Nggak dong, sayang. Tante mana sanggup masak sebanyak ini kalau nggak di bantuin Bi Tutun," jawabnya yang membuat gadis itu mengangguk.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang