11. Reva Kenapa?

269 24 38
                                    

Matahari tenggelam secara perlahan, langit senja pun perlahan mulai berganti menjadi awan hitam. Adzan maghrib sudah mulai berkumandang di sekitar kompleks, membuat orang sekitar yang masih berada di luar rumah langsung berhamburan memasukki rumahnya masing-masing.

Lain dengan gadis cantik yang memakai kaos merah muda dan dipadukan dengan celana hotpans sepahanya, sedang merenung diri di balkon kamarnya. Matanya tak lepas dari pepohonan yang ada di halaman rumahnya, dan mulutnya pun sesekali bergumam mengikuti alunan lagu yang sedang ia putar di handphone-nya.

Drtttt!
Drtttt!

Alunan lagu seketika berhenti, digantikan dengan getaran ponsel yang membuat gadis itu langsung menolehkan kepalanya cepat. Dia mengangkat handphone nya yang semula berada di meja kayu yang berada didepannya.

Saat tahu siapa yang saat ini menelponnya, dia menghela napas malas. Seraya menggeser tombol berwarna hijau di layar handphone-nya.

"Kenapa," katanya cuek seraya mengambil cemilan yang sudah tersedia di atas meja.

"Anjir banget, ya, lo, Re. Udah jawab telepon gue lama, terus sekalinya ngomong kek orang nggak niat gitu lagi,"

Reva menarik napas pelan, lalu membuangnya cepat. "LO TUH MAUNYA APA, SIH. UDAH UNTUNG GUE JAWAB, MALAH PROTES LAGI! TADI, LO BILANG APA? GUE, NGGAK NIAT, YA, EMANG! ITU, LO TAU, KENAPA AJA MASIH TELEPON GUE COBA!" sewot Reva yang berteriak tepat di depan layar handphone-nya.

Dera yang mendengar teriakan Reva disebrang sana pun seketika nyali nya menciut. Entah mengapa kalau dia melawan Reva itu hatinya merasa tak enak, justru bila Reya yang berteriak seperti Reva tadi, Dera malah tak terima. Dera pun memaklumi sikap Reva yang seperti ini, mungkin saja memang dia yang menelpon Reva dengan waktu yang tidak tepat. Sehingga membuat Reva marah seperti sekarang.

"Ya—ya ..., yaudah dong, anjir. Nggak usah, ngegas,"

Reva berdeham malas. "Ada apa? Ngomong aja langsung, gue sibuk!" kata Reva cepat, ya, memang itulah kenyataannya, sekarang ini dia memanglah sedang sibuk, sibuk menata hati, pikiran, dan jiwanya yang telah rapuh akibat kejadian tadi sore tadi bersama Zilo.

"Iya-iya ... Jadi gini, si Ghea kan eumm baru officialan sama Kevin, terus tadi dia suruh gue ngasih tau ke lo, kalau besok malem dia mau traktir kita di restoran tempat biasa. Dengan itu, apakah ibu Reva berkenan untuk mengikuti acara makan-makan tersebut?"

Reva berpikir sejenak, kalau dia ikut pasti akan ada Zilo di sana, secara kan Zilo sahabat dekat Kevin. Tapi sekarang ini kan dia sedang ada problem dengan Zilo, bagaimana bisa Reva memutuskan untuk bertemu dengannya? Namun, di lain sisi, hatinya berkata lain, dia rindu Zilo, dia ingin bertemu Zilo, dan memeluknya.

"Hello, Rere lo masih di sana kan,"

"Ehh e-umm iya, gue ikut. By the way, kenapa nggak Ghea nya langsung yang nyampein ke gue?" tanya Reva seraya membenarkan posisi duduknya yang kurang nyaman.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang