10. Pacar?

220 24 39
                                    

"Oke, nanti gue ke sana," ujar Zilo yang langsung menekan tombol berwarna merah di ponsel nya.

Reva yang berada di sebelah Zilo pun sedari tadi menatapnya dengan penuh selidik, pasalnya saat handphone Zilo berdering tadi, Reva tak sempat melihat nama si penelepon, karena Zilo yang keburu mengangkatnya.

Dan saat Zilo menerima telepon tadi, wajahnya langsung berubah panik. Itu juga yang membuat Reva penasaran, ada apa sebenarnya dengan Zilo, dan siapa sebenarnya yang menelpon Zilo?

Reva menghela napas kasar, "Huh ... Zi, siapa?" tanya Reva terus terang, daripada rasa penasaran dia terus menerus bertambah, mending dia menanyai langsung ke Zilo-nya.

Zilo menautkan kedua alisnya bingung. Pasalnya, dia tak mengerti apa yang Reva katakan. "Siapa, yang siapa?" tanya Zilo balik.

Reva menurunkan bahunya, sebelum akhirnya langsung menatap Zilo dengan keseriusan. "Kalau kamu nanya juga, terus siapa dong yang bakal jawab!"  Kesal Reva seraya memalingkan wajahnya ke arah kaca mobil di sebelahnya, menatap jalanan dengan perasaan yang sangat kesal sekaligus marah.

Ini yang selalu dibicarakan siswi SMA Dirga, bahwa Zilo adalah sang ketua osis yang tampan, berwibawa dan cool? Bahkan Reva pun tak yakin dengan itu, dirinya baru menanya begitu saja otak Zilo sudah sangat lola. Kalau seperti ini, sama saja dia seperti sedang berbicara dengan Dera, yang selalu lambat dalam meresapi pertanyaan a.k.a Lola.

Zilo yang sadar akan kemarahan Reva pun seakan tak peduli, malah semakin fokus terhadap jalanan di depannya.

Reva yang merasa Zilo tak kunjung membujuknya pun malah semakin memanyunkan bibirnya dan menatap kesal ke arah Zilo.

"Dasar pacar lola, nggak pekaan, nggak pedulian, dan, satu lagi, NGGAK SETIA!" sungut Reva yang membuat Zilo langsung menatapnya cepat.

"Lo kenapa sih? Sejak kapan gue jadi pacarnya lola! Lagian pertanyaan lo tadi itu nggak jelas! Masa cuman nanya dengan kata 'Siapa' doang, ya, gue mana ngerti," jelas Zilo yang tak terima dengan perkataan Reva barusan.

"Dan satu lagi, sejak kapan gue nggak setia sama lo? Emang lo pernah liat gue dating ataupun jalan sama cewek lain? Nggak pernah, kan! Lain kali jangan ngomong sembarangan, Re!" sambung Zilo yang ikut kesal juga.

Reva memelototkan bola matanya, dan tanpa sadar lengannya pun terangkat untuk mencubit lengan Zilo yang sedang menyetir. "Iiihh ... Kok kamu yang kesal, sih? Dan apa tadi? Kamu? Nggak pernah dating? Ataupun jalan sama cewe lain? Nggak salah tuh." tutur Reva.

Zilo mengulum bibirnya kemudian mengangguk yakin. "Hm ..., punya cewek kayak lo aja udah ngeribetin, gimana gue mau cari cewek lain," jawab Zilo yang tak suka bahwa Reva tak mempercayainya.

Reva tersenyum miring. "Ya emang sih aku nggak pernah liat kamu dating sama cewek lain. E-ummm ... Tapi, kamu yakin, yang nggak pernah jalan sama cewek lain itu bener?" Zilo meminggirkan mobilnya perlahan, kemudian dia menatap Reva dengan wajah dinginnya.

"Lupain, nggak penting." singkat Zilo yang membuat Reva menganga.

Reva menelan salivanya kasar, entah kenapa sekarang ini dirinya makin tambah emosi. "Seterah kamu, deh. Bilang aja kamu nggak mau kan kalau aku bahas tentang kedekatan kamu sama Keysa, padahal sering banget jalan sama dia, terus, pake sok-sokan nggak mau ngaku lagi!" ujar Reva yang masih menatap Zilo.

Deg

Apaan ini? Lagi-lagi nama Keysa disebut, harus berapa kali Zilo menjelaskan kepada Reva, bahwa Keysa itu hanya sebatas adik kelasnya, dan perihal dia yang selalu berjalan dengan Keysa pun itu karena urusan Osis-nya yang mengharuskan dirinya selalu bersama Keysa.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang