"Zi, apa lu nggak terlalu kasar sama Reva tadi?" tanya Kevin--Sahabat Zilo dengan mata yang fokus terhadap game yang sedang dimainkannya.
Kini mereka bertiga—Zilo, Kevin dan Gio tengah berada di dalam kelas dengan Zilo, yang selalu sibuk dengan handphone dan Gio, Kevin yang selalu sibuk dengan game nya. Pasalnya, setelah perdebatan Zilo dengan Reva tadi, sifat Zilo berubah 99,01% menjadi dingin. Dan, temannya pun merasa canggung dengan sikap Zilo yang semakin hari semakin dingin. Ya, walaupun memang biasanya juga sangat cuek sih, tetapi cuek yang sekarang ini berbeda.
Zilo yang semula menatap layar handphone-nya kini berubah menatap Kevin tajam. See? Kevin baru bilang begitu saja sudah mendapatkan tatapan yang garang dari Zilo.
"Lu itu nggak ada di posisi gue, Vin. Jadi, nggak usah deh nyalah-nyalahin sikap gue yang tadi. Reva tuh emang pantes di gituin!" serkas Zilo.
Mendengar ucapan Zilo yang seperti itu Kevin pun saling pandang dengan Gio. "Bukan sahabat gue," katanya.
Gio menaikkan sebelah alisnya, "Lu pikir dia sahabat gue," ujar Gio yang tak mengakui Zilo sebagai sahabatnya juga.
Zilo menggeram kesal. "Heh! Mikir dong, emangnya lu kira gue mau punya sahabat kayak lu pada!"
"Hmm...Maybe, yes. Secara kita ini ganteng, jadi kenapa nggak." kata Gio pede, dan dibalas anggukan oleh Kevin.
Zilo menatap mereka jijik. "Gila," katanya seraya kembali memainkan handphone yang dipegangnya.
Kevin menopang dagu dengan mata yang melirik sinis ke arah Zilo. "Nggak kebayang gue gimana perasaan Reva sekarang. Gue yakin nih, pasti sekarang Reva lagi nangis, terus meluk sahabatnya terutama si Ghea, dan ngabisin tisu banyak," tebak Kevin yang membuat Zilo menatapnya.
"Sok tau, Lu. Reva nggak se lebay itu kali," kata Zilo cuek.
"Gue rasa, emang ucapan Kevin itu ada bener nya juga loh, Lo. Lagi sih lu nya juga nggak bisa banget sih ngehargain perasaan cewek. Coba aja kalau waktu itu gue yang nembak Reva, pasti udah bahagia kali dia," ucap Gio berkhayal.
Brakk
Zilo menggebrak meja dengan kencang, sehingga membuat Kevin dan Gio terlonjak kaget. "Ngomong sekali lagi, bukan meja ini yang gue pukul, melainkan pipi lu!" tegas Zilo seraya menunjuk Gio.
Gio bergidik ngeri mendengar ucapan Zilo yang seperti itu, padahal kan ucapan dirinya tadi hanya lah candaan.
"Gila sih, giliran Reva pacaran sama orang lain mah nggak mau. Tapi, giliran pacaran sama dia nya mah disakitin mulu," sungut Kevin dengan lantangnya.
Zilo mengepalkan tangan kuat. "Bisa nggak sih nggak usah ngurusin percintaan orang. Gue yang ngejalanin kok malah kalian yang ribet." kata Zilo yang sudah tak tahan mendengar ocehan sahabat-sahabatnya ini.
Kevin dan Gio diam tak membalas ucapan yang dilontarkan Zilo. Toh, percuma, seorang Zilo yang mereka kenal memang sangat keras kepala, dan tak pernah sekali pun menuruti ucapan mereka.
****
Flashback on.
Malam ini udara sangat sejuk, dengan angin yang selalu menghembus kencang menerpa dedaunan yang ada di pinggiran jalan. Seorang pemuda tampan dengan kaos berwarna hitam pendek dan dipadukan dengan celana Levis selutut nya kini tengah asik memainkan gitar miliknya di balkon rumah mewah yang bernuansa putih itu. Dia terus menerus memetik senar gitar nya dan menciptakan irama yang indah. Perlahan, mulutnya terbuka menyanyikan lirik demi lirik dan mengikuti alunan lagu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZiloVa
Teen Fiction"Zilo, gue nggak suka ya kalau lo deket-deket sama dia!" "Zilo, ngapain lo jalan bareng dia?" "Zilo, pacaran aja sana sama dia. Lo lebih sering luangin waktu buat dia daripada sama gue, pacar lo sendiri." -Revalia Francessia Franz ...