19. He is different

202 21 32
                                    

"Kak Zi, tunggu!" teriak Keysa yang sedari tadi berlari mengejar Zilo yang berjalan dengan langkah yang begitu cepat.

Zilo menulikan pendengarannya, dia masih melanjutkan langkah kakinya dan mengabaikan Keysa yang kembali menyebutkan namanya.

"Kak Zilo!" teriak Keysa lagi, tetapi, Zilo tetap pada pendiriannya, dia masih saja berjalan, mengabaikan panggilan Keysa. Dia berusaha tak peduli dengan beberapa pasang mata murid yang sedari tadi menatapnya tak suka.

Lain hal dengan Keysa, jujur dia sedikit risih. Semua murid kini menatap Keysa dengan sangat sinis, seakan-akan seperti dia mempunyai kesalahan besar kepada mereka. Akan tetapi, gadis itu masih tidak menyerah, dia masih berusaha untuk menyamakan langkah Zilo yang sedikit jauh darinya, dan mengabaikan tatapan-tatapan sinis itu.

"Kak,"

Hap!!

Yash! Berhasil!

Ya, dia berhasil ... Keysa berhasil meraih lengan kiri Zilo, membuat langkah Zilo kini terpaksa berhenti. Zilo mencoba tidak emosi di depan Keysa, dia menarik napasnya pelan, setelah itu membuangnya dengan cepat.

Zilo menoleh menatap Keysa, di sana terlihat keringat sudah hampir membasahi seluruh jidat gadis mungil di depannya saat ini. Akan tetapi, Zilo mencoba untuk tidak peduli akan hal itu. Tatapan hangatnya kini berubah menjadi tajam.

"Nggak usah ikutin gue," sentak Zilo dingin.

"K-kak tapi—"

Zilo menghempaskan tangan Keysa yang saat ini melingkar di pergelangan tangannya dengan sangat kasar. "Ini perintah, gue nggak suka dibantah!" cetus Zilo dengan penuh kemarahan, mata elangnya masih tak berhenti menatap Keysa dengan tatapan yang tak biasa.

Keysa dengan penuh keberaniannya mencoba untuk membalas tatapan tajam Zilo padanya, dia bingung, mengapa sikap kakak kelas di depannya ini cepat sekali berubah. Tadi pagi mereka masih mengobrol seperti biasa, dengan Zilo yang bersikap lembut padanya, namun, setelah kejadian di kantor tadi, kakak kelasnya ini menjadi menghindarinya. Entah kesalahan apa yang Kesya perbuat, dia pun tak tahu.

Setelah mengucapkan kata itu Zilo pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dan meninggalkan Keysa yang diam. Keysa menatap kepergian Zilo dengan sendu, punggung Zilo perlahan menjauh dari tempatnya saat ini. Sampai akhirnya tak terlihat lagi.

Keysa menunduk, kedua tangannya terangkat untuk menutup wajah manisnya. "Hikss ...." Isakan-isakan kecil lolos begitu saja dari bibirnya.

****

Di lain sisi, dua pemuda dengan ketampanan yang nggak biasa tengah ada di rooftop sekolah yang berada di tingkat paling atas Sma Dirga. Mereka tengah terduduk santai di tembok pembatas gedung, dengan menikmati dinginnya angin yang berhembus, dan sesekali menyesap rokok yang kini mereka pegang.

Tak ada yang memulai percakapan sedari tadi, mereka hanya diam dan terhanyut dengan pikirannya masing-masing. Gio, pemuda itu kini tengah memikirkan gadis yang akhir-akhir ini selalu membuat dirinya tersenyum-senyum sendiri. Dia mendongak menatap langit yang sedikit berawan, sebelum itu, Gio mematikan rokoknya dulu, setelah itu kedua tangannya ia taruh di depan dadanya.

Tiba-tiba sesosok wajah Dera yang sedang tersenyum terlihat muncul di langit cerah itu, membuat Gio menatapnya tidak percaya. Dia membenarkan posisi duduknya, lalu, "Kev, liat deh, masa muka si Dera ada di langit gitu," ucap Gio memberitahu Kevin yang ada di sampingnya.

Kevin menoleh, dia mengangkat satu alisnya bingung dengan ucapan yang dilontarkan Gio. Dia mengikuti arah pandang Gio ke atas langit, lalu dahinya pun mengkerut. Dera katanya, jelas-jelas di langit hanya ada awan dan beberapa burung yang sedang bertebrangan, mana ada mukanya Dera. Aneh!

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang