26. Penghianatan (2)

186 10 5
                                    

Hai, hihi ... Cuman mau bilang kalau Part ini isinya Flashback semua^~^. So, happy reading

****

Setelah memakan waktu perjalanan selama lima menit, akhirnya mobil yang di tumpangi oleh Reva, Reya, dan Dera sudah sampai di tempat tujuan, di mana itu adalah tempat kediaman keluarga Renand. Mereka belum sepenuhnya memasuki halaman luas rumah Zilo, tadi Dera sengaja menepikan mobilnya hanya sampai depan rumah orang yang berjarak beberapa meter dari rumah Zilo.

Dengan jalan yang di papah oleh Reya itu membuat Reva kesulitan untuk berjalan cepat. Padahal sedari di mobil dia sudah menjelaskan bahwa keadaan dirinya baik-baik saja, tetapi kedua sahabatnya itu tetap saja keukeuh agar Reva mau di papah oleh salah satu di antara mereka. Bila dirinya menolak, sebuah ancaman untuk tidak bertemu dengan Zilo terus saja dilontarkan oleh Dera. Dan dengan sangat terpaksa, akhirnya dia harus menuruti semua perkataan sahabat-sahabatnya itu, ingat ini semua hanya demi bertemu dengan Zilo. Bila tidak ... Ah, sudahlah, sudah terjadi juga.

"Re, pokoknya lo harus janji nggak boleh maksa ataupun nekad keluar dari tempat kita sembunyi nanti!" ingat Dera.

Memang saat sebelum berangkat ke sini mereka sempat memperundingkan tempat mereka untuk bersembunyi nanti. Mereka tidak mungkin langsung saja menerobos dan bertamu ke rumah Zilo dengan terang-terangan. Secara, sikap mamah Zilo terhadap Reva saja selalu tidak baik, jadi, bagaimana bila mereka membiarkan Reva bertamu ke rumah Zilo secara langsung, bisa di julid'in abis-abisan Reva sama mamahnya Zilo.

Asal kalian tau saja, di rumah Zilo ini halamannya sangat-sangat luas. Banyak pepohonan-pepohonan juga yang tertanam di sana, jadinya mereka bisa leluasa untuk mencari tempat persembunyian. Dan satu lagi, rumah milik kediaman Renand ini sama sekali tidak ada Satpam ataupun Security. Bingung kan? Ya sama, Dera juga bingung. Pasti banyak maling-maling di luar sana yang mengincar rumah gedong bak istana kerajaan ini. Tetapi, mengapa tidak ada penjaga keamanannya.

But, positif thinking aja gengs. Mungkin bapaknya Zilo nggak mampu buat bayar Satpam, atau nggak dia nggak mau ngeluarin duit buat bayar begituan a.k.a pelit. Aishh back to topic ....

Reva yang lagi-lagi mendengar peringatan Dera yang seperti itu menghela nafasnya lelah. "Iya, gue tau Dera," ucap Reva sedikit kesal dengan menekankan nama Dera di akhir perkataannya.

Dera tersenyum. "Bagus, sering-sering gini, Re. Nurut sama gue," canda Dera dan mendapat delikan tajam dari Reva.

Reya yang sedari tadi memapah hanya diam menyimak omongan mereka berdua. Jujur saja, saat ini bahunya lehernya terasa pegal, entah ini dari Reva yang terlalu berat apa dirinya yang lemah. Reya mencoba mendongak menatap ke depan, memastikan apakah jarak rumah Zilo masih jauh atau tidak dan ternyata tinggal beberapa langkah lagi. Namun, disaat yang bersamaan, matanya pun tak sengaja menangkap mobil yang terparkir tepat di depan rumah Zilo, ah, tapi bukan tepat di depan gerbangnya.

Reya menajamkan matanya, ia merasa familiar dengan mobil itu. Namun, dia tidak mengingat pemilik mobil tersebut. Dia mencoba berpikir-pikir, satu menit ... dua menit ... ti-

"Ahh iya, gue tau," ujar Reya tiba-tiba membuat Dera langsung menoleh ke arahnya, begitupun dengan Reva yang mendongak menatap Reya, karena Reya sedikit lebih tinggi darinya.

Dera menautkan kedua alisnya bingung. "Apanya yang lu tau, Rey?" tanya Dera.

Reya menoleh menatap Dera dengan raut yang terlihat bingung. "E-emm itu, liat deh," tunjuknya ke arah mobil yang terparkir di depan mereka.

ZiloVaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang