Brakk
Dorongan pintu yang sangat kencang membuat semua siswa-siswi yang sedang beristirahat di dalam UKS terlonjak kaget. Mereka semua menatap ketiga gadis cantik yang sedang diambang pintu dengan muka ngos-ngosan, matanya pun tak lepas melirik ke sana kemari.
Saat sudah menemukan orang yang ia tuju dia pun tersenyum senang dan berjalan cepat menuju kedua insan berbeda gender yang kini sedang berada di kasur paling ujung UKS dengan pemuda yang duduk menanti di sampingnya.
"OMAYGAT! REVAA!" teriak salah satu gadis dari ketiga gadis yang tadi.
Dia berteriak dengan sangat kencang membuat satu siswa yang sedang tidur jadi terlonjak kaget, dan langsung terbangun dari tidurnya.
"WOY! ITU CONGOR BISA NGGAK SIH NGGAK USAH NGEGAS MULU. GANGGU ORANG TIDUR AJA!" balas teriakan seorang pemuda yang tak terima karena gadis tadi sudah mengganggu tidurnya.
Bukannya minta maaf, dia malah menatap sinis siswa itu. Emosinya menaik sekarang. "EH—mpftttt." Mulutnya baru saja terbuka untuk berbicara lagi tiba-tiba sebuah lengan kekar langsung membekapnya.
"Nggak usah malu-maluin, Der. Ini UKS banyak yang lagi kurang sehat disini!" sergas pemuda lain yang sudah berada di belakang gadis tadi.
Dera, iya, gadis yang selalu mencari gara-gara ini kembali berulah lagi. Padahal mereka ke UKS niatnya ingin menjenguk Reva—sahabatnya. Tetapi, kacau seketika gara-gara Dera.
"Iwh apwhan swih, Ywo. Lwepasin!" berontak Dera agar Gio mau melepaskan tangannya yang saat ini sedang membekap mulutnya.
Reya dan Ghea pun yang sudah kebal dengan sikap Dera yang seperti ini seketika tak mempedulikannya lagi. Mereka berdua langsung berjalan kearah kasur dimana Reva berada.
Kevin menepuk pundak Gio pelan. "Gue ke Zilo duluan. Urusin bebep lo yang bener." bisik Kevin pelan.
Gio pun hanya diam seraya berbisik ke telinga Dera. "Jangan biasain buat ulah. Inget! Lu cewe, attitude nya harus alim. Nggak bar-bar kayak tadi!"
Sehabis mengucapkan itu, Gio pun melepaskan bekapan tangannya di mulut Dera. Lalu berjalan menyusul teman-temannya. Meninggalkan Dera yang sudah menggerutu kesal.
"Siapa dia? Ngatur-ngatur gue masa. Orang tua gue aja fine-fine aja sama sikap gue." gumam Dera.
Dia melihat siswa yang debat dengannya, ia sedang tadi terkekeh senang seraya menatapnya meledek.
"Apa lu? Mau ribut!" kata Dera dengan tangan yang sudah berada di atas pinggang.
"Laga lu mau ribut, paling belom apa-apa aja udah nangis." balasnya meremehkan.
Dera yang mendengarnya langsung tak terima. "Sembarangan! Gue nggak bakal nang—"
"DERA, gue hitung sampe satu kalau nggak kesini, gue keluarin lu dari List persahabatan kita!" ancam Ghea yang membuat Dera berdecak.
"Ckk, eh lu inget ya! Gue nggak takut sama lo. Kalau bukan karena persahabatan, bakal baku hantam kita sekarang juga," kata Dera dengan keberaniannya.
Siswa tadi pun hanya berdeham malas. Seraya kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu tadi.
****
Di sisi lain, Keysa dengan tampang khawatirnya tengah mencari-cari seseorang. Seluruh kelas sudah ia masuki, tetapi orang yang dia cari belum ketemu juga. Di tempat-tempat yang biasa orang itu nongkrong pun tidak ada. Bahkan, ditelpon pun tak pernah aktif.
"Duh Kak Zilo dimana, sih," katanya yang masih celingak-celinguk di koridor sekolah.
Zilo, pemuda itu yang saat ini Keysa cari. Saat dia sedang membaca buku di Kantin tadi, tiba-tiba pembantu yang biasa membersikan apartement-nya menelpon. Bibi itu bilang bahwa penyakit Kakaknya Veya kambuh lagi. Dan satu-satunya orang yang sekarang bisa menyembuhkannya itu hanyalah Zilo, pasalnya yang selalu disebut oleh kakaknya ketika penyakitnya kambuh itu, Zilo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZiloVa
Teen Fiction"Zilo, gue nggak suka ya kalau lo deket-deket sama dia!" "Zilo, ngapain lo jalan bareng dia?" "Zilo, pacaran aja sana sama dia. Lo lebih sering luangin waktu buat dia daripada sama gue, pacar lo sendiri." -Revalia Francessia Franz ...